KBEONLINE.ID – Di tengah derasnya perkembangan teknologi, globalisasi, dan persaingan hidup yang semakin ketat, literasi finansial menjadi salah satu kemampuan paling penting yang harus dimiliki generasi muda—terutama Gen Z. Meski lahir di era digital dengan akses informasi yang tak terbatas, kenyataannya banyak anak muda saat ini masih mengulang pola yang sama seperti generasi sebelumnya: salah mengatur uang, terjebak cicilan, tidak paham investasi, hingga salah memahami konsep kekayaan.
Sebuah artikel ini ingin mengedukasi finansial yang tengah viral sukses membuka mata banyak orang dengan menjelaskan tujuh kebodohan finansial yang sudah lama tertanam dalam pola pikir masyarakat. Kebiasaan inilah yang harus segera diputus jika Gen Z ingin masa depan finansial yang lebih baik.
1. Salah Paham Tentang Uang Sejak Dini
Sejak kecil, sebagian besar dari kita diajarkan bahwa uang hanyalah alat tukar. Padahal, fungsi uang jauh lebih kompleks—sebagai penyimpan nilai, alat pembayaran utang, satuan hitung, sekaligus simbol kepercayaan masyarakat.
Baca Juga:Kesulitan Urus STNK dan BPKB? Segera Datang ke Polantas Menyapa yang Digelar Dirlantas Polda Jabar di SamsatTren Motif Fashion 2026, Polkadot dan Retro Jadi Pilihan Utama!
Masalahnya, banyak orang tidak memahami bahwa nilai uang sangat dipengaruhi inflasi, kebijakan bank sentral, dan sistem kepercayaan kolektif. Pemahaman yang dangkal tentang uang membuat seseorang mudah tertipu, boros, tidak punya perencanaan keuangan, dan gagal membangun kekayaan jangka panjang.
Ketidaktahuan ini menjadi akar dari berbagai kesalahan finansial lainnya.
2. Menjual Waktu Demi Uang (Terjebak Pendapatan Aktif Seumur Hidup)
Sistem pendidikan kita sebagian besar hanya mengarahkan siswa untuk menjadi pekerja—bukan pencipta sistem, bukan pengusaha, dan bukan investor. Akibatnya, begitu lulus, banyak anak muda otomatis masuk ke dunia kerja dengan satu mindset: “Kerja keras biar dapat gaji.”
Padahal, pendapatan aktif mengikat seseorang pada rutinitas rat race. Mereka bekerja, gaji habis, lalu bekerja lagi tanpa henti.
Solusi agar keluar dari lingkaran ini adalah membangun pendapatan pasif, yaitu uang yang tetap mengalir meski kita tidak bekerja. Misalnya:
bisnis yang sudah berjalan dengan sistem,
aset properti yang disewakan,
saham dividen,
konten digital yang menghasilkan,
