“Cerita itu sering diangkat berbagai media. Namun sebagai mitos, kebenarannya tetap berada di ranah abu-abu,” ujarnya.
Agus menegaskan bahwa film ini tidak hanya bertujuan menyajikan hiburan, tetapi juga mengedukasi generasi muda mengenai budaya Jawa, terutama terkait tradisi wayang kulit.
“Banyak anak muda yang belum memahami nilai historis dan filosofi wayang. Melalui film ini, kami ingin mengenalkan kembali warisan budaya tersebut,” kata Agus.
Baca Juga:Stadion Singaperbangsa dan Proyek-Proyek Besar Karawang Ditarget Rampung Akhir 2025Natala Minta OPD Gerak Cepat Tuntaskan Program Kerja Jelang Akhir Tahun
Salah satu pemain, Putri Maya Rumanti, mengaku mengalami tantangan besar dalam memerankan tokoh sinden. Ia harus mempelajari teknik vokal nyinden dengan cengkok Jawa, penggunaan bahasa Jawa halus, hingga memahami karakter budaya yang lekat dengan dunia pedalangan.
Putri menyebut salah satu adegan tersulit bahkan harus dilakukan pada pukul 03.00 WIB dan hanya boleh diambil sekali tanpa pengulangan.
“Ini pengalaman pertama saya berakting dan langsung memerankan sinden Jawa. Latihan cengkok dan karakter butuh proses panjang,” tuturnya.
Meski mengusung genre horor, film ini juga menyertakan unsur drama dan psikologis mengenai besarnya harga sebuah ambisi. Tokoh antagonis digambarkan kompleks, sementara karakter utama dipaksa berjuang dalam tekanan dan teror. Beberapa adegan komedi dan romansa turut disisipkan untuk memberikan warna tanpa mengurangi intensitas horor.
Makeup horor dalam film ini dibuat senatural mungkin. Menurut Putri Maya, kengerian justru hadir dari sisi manusianya. “Yang paling menakutkan itu manusia, bukan hantunya,” katanya.
Aktris Celine Evangelista turut merasakan tantangan serupa. Ia berlatih nyinden selama lima hingga enam bulan untuk mendalami peran Citra.
“Belajar menjadi sinden itu tidak mudah. Tapi saya lakukan demi mengangkat budaya Jawa,” ujarnya.
Baca Juga:Curi Motor di Pangkalan, Dua Pelajar Asal Dongkal Pedes Diamuk MassaKemenangan Sempurna..! Persika 1951 Melanggeng ke Babak 8 Besar Piala Gubernur Jabar
Ia juga menanggapi persoalan mengenai peran yang dibawanya saat itu sebelum dirinya menggunakan hijab, dirinya menerima lapang dada dan tidak ingin merasa egois hanya untuk keinginan diri sendiri karena banyak yang bergantung pada proyek ini.
“Karena proyek ini bukan hanya satu kepala tapi banyak sekali kepala yang bergantung pada proyek ini jadi kita juga gabisa egois memikirkan diri sendiri, meskipun yang menentukan juga bukan saya disini jadi mohon doanya aja ya”, tambahnya.
