Dengan munculnya PB XIV melalui ritual sakral di batu tersebut, Keraton Solo berharap babak baru yang dihormati adat dan nilai-nilai leluhur.
Watu Gilang bukan sekadar batu besar di halaman keraton, ia adalah fondasi spiritual dan adat yang melegitimasi kepemimpinan PB XIV. Drama penobatan, sumpah di atas batu suci, dan tantangan internal menegaskan bahwa Keraton Surakarta tetap berakar kuat pada tradisi, meski menghadapi modernitas dan dinamika politik.
