Watu Gilang Keraton Surakarta: Batu Sakral Saksi Penobatan PB XIV, Legenda Majapahit yang Hidup Kembali!

watu gilang keraton surakarta
Watu Gilang, batu andesit persegi panjang berukuran besar di Siti Hinggil Keraton Surakarta Hadiningrat, kembali menjadi pusat perhatian nasional. Foto: Kompas Regional - kbeonline.id
0 Komentar

KBEONLINE.ID – Watu Gilang, batu andesit persegi panjang berukuran besar di Siti Hinggil Keraton Surakarta Hadiningrat, kembali menjadi pusat perhatian nasional. Pada 15 November 2025, prosesi Jumenengan (penobatan) Pakubuwono (PB) XIV, KGPAA Purboyo atau Hamengkunegoro, berlangsung khidmat di atas batu keramat ini, menegaskan legitimasi kepemimpinan baru di tengah dinamika suksesi keraton.

Batu ini bukan sembarang artefak. Diwariskan sejak era Kerajaan Majapahit dan dipindah ke Surakarta pada 1746 saat ibu kota bergeser dari Kartasura, Watu Gilang melambangkan takhta kuno yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Dipercaya mengandung aura mistis, batu ini selalu disajikan sesaji oleh abdi dalem sebagai bentuk penghormatan spiritual. Legenda menyebutnya sebagai singgasana Panembahan Senopati, pendiri Mataram Islam, dan saksi sumpah para sultan Banten hingga raja-raja Mataram.

Puncak upacara pukul 11.05 WIB: PB XIV, mengenakan beskap ungu kerajaan, mengucapkan Sabda Dalem di atas Watu Gilang. “Ing Watu Gilang iki, Ingsun hanetepaké nggentèni kalenggahané Kanjeng Rama Sinuhun Pakoe Boewono XIII, minangka Sri Susuhunan ing Karaton Surakarta Hadiningrat,” katanya, yang artinya: “Di Batu Gilang ini, saya menetapkan diri menggantikan Pakubuwono XIII sebagai Sri Susuhunan Keraton Surakarta Hadiningrat.” Diiringi prajurit dan pusaka keraton, prosesi ini disaksikan keluarga inti, abdi dalem, serta tamu negara, termasuk KGPH Benowo—adik mendiang PB XIII—yang menegaskan: sumpah di luar Watu Gilang tak sah, meski ada perebutan tahta dengan putra lain.

Baca Juga:Korea Grand Music Awards 2025: ATEEZ, Stray Kids, dan IVE Sapu Bersih Daesang!Rizky Ridho Nominasi Puskas Award 2025: Gol Spektakuler yang Bikin Indonesia Bangga!

“Gusti Purboyo diharapkan bawa Keraton ikuti perkembangan zaman sambil lestarikan tradisi,” ujar GKR Timoer, saudari PB XIV. Upacara ini, yang dimulai sejak penguburan PB XIII di Imogiri, menandai era baru: lebih adaptif terhadap modernitas, tapi teguh pada akar Jawa. Ribuan warga Solo memadati alun-alun, Gen Z pun heboh: “Purboyo keren, simbol budaya hidup!”

Watu Gilang tak hanya batu—ia penjaga warisan, pengingat bahwa kekuasaan sejati lahir dari sumpah spiritual. Di tengah gemerlap digital, batu kuno ini bisikkan: tradisi abadi, tak tergoyahkan. Ingin saksikan misterinya? Kunjungi Keraton Solo—sejarah menanti!

0 Komentar