Akun @ariifaryadi kemudian memberikan spekulasi yang menguatkan dugaan kelemahan fasilitas di RS Hastien. Ia menyebutkan, belum tersedia bedah saraf di RS Hastien, dan fasilitas tersebut baru tersedia di RS Intan Barokah, yang disebut-sebut sebagai RS cabang dan satu grup.
Insiden tragis ini menambah daftar panjang masalah yang menyelimuti RS Hastien. Kasus meninggalnya Jihad Alpahmi terjadi di tengah belum tuntasnya kasus dugaan kelalaian medis pascaoperasi yang menimpa warga Bekasi lainnya, Mursiti (62), yang juga meninggal dunia.
Dalam kasus Mursiti, kuasa hukum keluarga menyoroti kuatnya dugaan kelalaian, terutama terkait kurangnya edukasi pascaoperasi kepada keluarga pasien BPJS dan pemulangan pasien berisiko tinggi yang dinilai tidak sesuai standar pelayanan medis.
Baca Juga:Investasi Karawang Mengalami Kenaikan pada Triwulan III, Tembus Rp46,96 TriliunTega Korbankan Petani, Dewan Nurhadi Sebut DPKP Karawang Gagal Prioritaskan Janji Politik Aep-Maslani
Kasus dugaan kelalaian Mursiti ini bahkan sudah bergulir hingga ke DPRD Kabupaten Karawang. Komisi IV DPRD telah melakukan sidak dan mendesak RS Hastien melakukan evaluasi total.
Komisi IV DPRD Karawang sempat menjadwalkan Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada Senin, 20 Oktober 2025, untuk membahas kasus Mursiti. Namun, RDP tersebut ditunda karena Dinas Kesehatan (Dinkes) Karawang belum siap memaparkan hasil audit investigasi secara final, karena masih dalam proses konsultasi dengan Dinkes Provinsi Jawa Barat.
Keterlambatan ini membuat proses penyelesaian kasus Mursiti berjalan lambat dan memicu ketegangan di forum RDP, di mana perwakilan LBH Bumi Proklamasi sempat beradu argumen dengan Kepala Dinas Kesehatan.
