Penyakit Miskin Warga UMR: Demi Gengsi, iPhone Dicicil, Masa Depan Dikorbankan

Marc Klok Beli iPhone 17 Pro Max
Marc Klok Beli iPhone 17 Pro Max
0 Komentar

‎membentuk tekanan psikologis yang tidak terlihat.

‎Simbol-simbol kecil seperti gelembung chat biru di iMessage, atau merek casing ponsel menjadi standar baru untuk mengukur nilai diri. Ironisnya, fenomena ini justru paling kuat terjadi di kelompok yang sama-sama belum mapan — sehingga tercipta kompetisi gengsi antar orang yang secara finansial masih kesulitan.

‎Semua saling pamer barang cicilan, seakan sedang lomba siapa paling mapan—padahal semua masih terikat hutang.

‎3. Perbudakan Paylater: Sponsor Resmi Gaya Hidup

‎Pada tahap ini, sistem keuangan digital mulai mengambil alih kendali. Harga Rp 24 juta yang awalnya terasa mahal berubah menjadi Rp 900 ribu per bulan, dan mendadak terlihat “masuk akal.”

Baca Juga:Menanti Duet Gelandang Timnas Ivan Jenner, Thom Haye dan Marc Klok di Persib Bandung, Profil Lengkap Ivan JennBerikut 5 Alasan Ivar Jenner Dirumorkan Tertarik Bergabung ke Persib Bandung

‎Padahal, bunganya sering tersembunyi, total pembayaran bisa jauh lebih besar daripada harga awal, dan konsekuensinya berupa:

‎keterlambatan pembayaran,

‎denda harian,

‎tekanan psikologis,

‎dan penurunan skor kredit.

‎Pada titik ini, pengguna bukan lagi pemilik iPhone, tetapi buruh pembayaran cicilan selama satu atau dua tahun ke depan.

‎4. Kebodohan Fungsional: Beli Logo, Bukan Spek

‎Di tahap ini, logika teknis sudah tidak berlaku. Orang membeli bukan berdasarkan kebutuhan atau spesifikasi, tetapi makna simbolik yang melekat pada logo Apple.

‎Walaupun secara fungsi smartphone Android dengan harga 7–10 juta bisa lebih unggul, keputusan pembelian tetap jatuh pada perangkat Apple dua kali lipat lebih mahal hanya karena ingin terlihat “selevel influencer.”

‎Istilah psikologinya: luxury signaling — membeli barang bukan untuk digunakan, tetapi untuk dilihat.

‎5. Virus FOMO Upgrade

‎Begitu seri terbaru rilis, seri lama yang masih berfungsi dengan baik mendadak terasa jadul.

‎Padahal, peningkatan fitur sering kali minor, dan perbedaan performa hampir tidak dirasakan dalam penggunaan harian.

Baca Juga:Tak Lagi Mau Jadi Pilihan Kedua, Ivar Jenner Tinggalkan FC Utrecht, Persib Bandung Jadi Tujuan?MAKIN POPULER: Ericsson Mobility Report: Layanan Konektivitas yang Terdiferensiasi 

‎Namun strategi Apple berhasil: rasa takut ketinggalan tren membuat konsumen merasa harus mengikuti, meskipun tidak ada urgensi fungsional.

0 Komentar