Misterinya? Jangan ditanya. Lokasi dinding di dataran tinggi, bikin akses susah, asal-usulnya juga gelap banget. Titan Forest? Pohon segede itu nggak ada di tempat lain, sumpah. Geologinya aja udah aneh. Teknologi? Ya ampun, masih stuck di senapan flintlock, segala kemajuan mekanik ditekan sama Military Police—biar rakyat nggak ngelunjak kali ya. Revolver? Cartridge? Disembunyiin, bro. Kecuali satu: vertical maneuvering equipment. Ini mah next-level, pake gas dari iceburst stone yang, entah gimana, cuma ada di Paradis. Udah kayak cheat code, loh.
Politik di Paradis juga bikin pusing. Selama seratus tahun, mereka diem-diem aja, ngerasa jadi “penjaga terakhir umat manusia”. Padahal, pas Grisha bawa foto-foto dari luar, baru deh semua orang pada melek: dunia luar udah jauh lebih maju. Ketinggalan banget, asli.
Sekarang ngomongin konflik. Paradis vs dunia luar itu inti tragedi Attack on Titan. Marley nganggep Eldia ancaman turun-temurun, makanya propaganda mereka brutal abis—Paradis digambarin kayak sarang setan yang wajib dimusnahin. Titik klimaksnya? Eren nyerang Liberio, perang terbuka pun pecah, diplomasi? Bye! Sebelumnya Paradis sempet deket sama Hizuru, tapi semuanya bubar jalan gara-gara Eren mulai Rumbling. Dunia luar makin benci, Paradis dikuasain Yeagerist, dan walaupun mereka coba memperkuat militer plus cari jalur damai baru, ujung-ujungnya perang nggak pernah kelar. Endingnya? Paradis hancur juga. Sakit sih.
Baca Juga:Kawaki Makin Gelap? Fakta & Analisis Perubahan Sikapnya di Boruto!Tak Lagi Disepelekan! Arknights Endfield Akan Bikin Low Rarity Tetap Meta!
Jadi ya, Paradis itu bukan sekadar latar tempat—ini pusat perang ideologi, sejarah, dendam… pokoknya semua yang bikin kepala lo pusing campur emosi nggak karuan.
Simbol kebebasan? Mungkin. Simbol kehancuran? Jelas. Pulau ini lambang ketakutan, manipulasi sejarah, dan perjuangan identitas tanpa akhir. Cerita Paradis nunjukin betapa bahayanya isolasi dan propaganda—bisa-bisa satu dunia kebakar cuma gara-gara satu pulau kecil yang nyimpen terlalu banyak rahasia. Dan, meskipun mereka ngotot bertahan, akhirnya ya… siklus kebencian tetep menang. Sedih? Banget.
(*)
