Redenominasi Rupiah 1965: Saat Indonesia Potong Nol Demi Selamatkan Ekonomi dari Hiperinflasi

redenominasi rupiah 1965
Bukan sekadar coretan angka, redenominasi itu lahir dari krisis ekonomi parah di era Orde Lama, di mana harga beras melonjak hingga Rp 100.000 per kilogram. Foto: Intagram @gnfi - kbeonline.id
0 Komentar

Postingan GNFI, yang link ke artikel lengkap di goodnews.id/redenominasi1965, tak cuma nostalgia—ia jadi pengingat tajam bagi wacana terkini dari Menteri Keuangan Sri Mulyani yang bicara potong empat nol untuk bikin rupiah ‘lebih gagah’ di mata dunia. “1965 bukti kita bisa, tapi pelajaran: jangan asal potong tanpa pondasi kuat,” tulis GNFI di caption, disertai infografis berwarna hijau-merah yang bandingkan rupiah lama (seri 1959 dengan gambar gunung) vs baru (seri 1965 yang lebih ramping). Komentar netizen banjir: dari “Jangan ulangi kesalahan dulu, inflasi lagi naik!” hingga “Keren, Indonesia pernah pionir redenominasi Asia Tenggara.” Bahkan, akun resmi Bank Indonesia ikut repost, tambah kredibilitas.

Kini, di 2025, saat rupiah fluktuatif di Rp 15.000 per dolar, kisah 1965 seperti cermin: redenominasi bisa selamatkan ekonomi, tapi kalau salah langkah, malah jadi bencana. Bagi generasi Z yang lahir di era digital, postingan ini bukan cuma edukasi, tapi panggilan untuk pahami akar rupiah kita—sebelum nol-nol itu benar-benar dipangkas lagi. Mau tahu lebih dalam? Scroll infografis GNFI itu, dan rasakan getar sejarah di genggaman.

0 Komentar