Pendidikan Selalu Dimulai dari Guru, tapi Kini Guru Justru Jadi Pihak yang Paling Terakhir Dipikirkan

Ist
Ist
0 Komentar

Meski berjalan di persimpangan yang melelahkan, guru tidak menyerah. Setiap pagi mereka tetap hadir dengan senyum, tetap menyiapkan kelas dengan kesabaran, tetap memperjuangkan masa depan anak-anak yang mungkin tidak mereka jumpai lagi dua puluh tahun dari sekarang.

dalah profesi iman—orang-orang yang percaya pada masa depan, meski masa kini sedang tidak memihak pada mereka. Namun guru tidak boleh dibiarkan bertarung sendirian.

Negara harus berpihak lebih nyata: menata status kepegawaian, menata kurikulum agar stabil dan rasional, menyederhanakan birokrasi sekolah, mendistribusikan pelatihan dan teknologi secara adil, serta mengembalikan martabat guru sebagai profesi intelektual, bukan sekadar pelaksana sistem.

Baca Juga:Endin Samsudin Nilai Tertinggi, Sekda Bekasi yang Baru Tinggal Tunggu Restu Gubernur Bupati Aep Ajak Warga Karawang Perangi Kekerasan dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Palestina

Sekolah juga harus berubah. Lingkungan sekolah harus mendorong kolaborasi, bukan kompetisi antar guru; dialog, bukan kompetisi administratif; pembelajaran, bukan hanya administrasi.

Teknologi harus menguatkan interaksi manusia, bukan menggantikannya. Evaluasi harus mengukur proses, bukan sekadar hasil. Dan kurikulum harus menjadi ruang hidup, bukan beban.

selalu menghasilkan dua arah: kita bisa memilih pendidikan yang efisien namun kehilangan hati, atau pendidikan yang bermakna karena tetap berpihak pada kemanusiaan.

Guru hari ini tidak membutuhkan pujian kosong, mereka menunggu pemulihan martabat. Mereka menunggu pendidikan dikembalikan ke hakikatnya: ruang tumbuh manusia.

Pada akhirnya, masa depan pendidikan bukan ditentukan oleh aplikasi apa yang kita gunakan, secepat apa kurikulum berubah, atau seberapa banyak indikator kinerja kita kejar.

Masa depan pendidikan ditentukan oleh siapa yang berdiri di depan kelas, bukan Kadisdik ataupun Mendikbud. Karena di setiap ruang kelas di negeri ini, masa depan bangsa sedang duduk dan menatap guru—menunggu dituntun menjadi manusia.

Dan selama guru tetap memilih berdiri di ruang kelas, di tengah segala kesulitan dan ketidakpastian, sesungguhnya bangsa ini masih punya harapan. Selamat Hari Guru.**

0 Komentar