Masyarakat yang tidak memahami perencanaan keuangan akan rentan jatuh ke jurang kemiskinan struktural. Setiap orang diarahkan untuk mulai:
menghindari utang konsumtif,
membangun dana darurat,
menyiapkan portofolio investasi sehat,
serta memahami risiko inflasi dan perubahan ekonomi global.
Kesalahan finansial kecil bisa menjadi bumerang besar di tengah ketidakstabilan ekonomi dunia.
4. Mengembangkan Skill Digital dan Skill yang Tidak Bisa Digantikan AI
Baca Juga:Optimalisasi Pelayanan KB, DPPKB Karawang Gelar Koordinasi dan Pendampingan Pengisian Aplikasi SIRIKA-SIGAStop Beli iPhone dengan Cicilan, 10 Gejala Penyakit Miskin Yang Membajak Otak
Mesin dan kecerdasan buatan berkembang sangat cepat dan diprediksi mengambil alih banyak sektor pekerjaan. Pada 2030, jutaan profesi berisiko hilang karena otomatisasi.
Oleh karena itu, masyarakat harus mulai mengasah keterampilan masa depan, terutama:
skill digital,
kemampuan analisis,
kreativitas,
komunikasi,
dan kemampuan memecahkan masalah.
Kemampuan-kemampuan ini dinilai sulit digantikan oleh robot dan menjadi “aset” paling penting dalam dunia kerja yang baru.
5. Membangun Jaringan dan Komunitas yang Kuat
Dalam kondisi krisis atau perubahan ekstrem, individu tanpa jaringan akan kesulitan bertahan. Komunitas menjadi ekosistem penting untuk saling membantu, berbagi informasi, peluang kerja, hingga kebutuhan dasar.
Jaringan sosial yang kuat diyakini menjadi kunci bertahan hidup ketika sistem modern terguncang. Dukungan kolektif sering kali menjadi penyelamat di tengah keterbatasan sumber daya.
2030: Antara Ancaman dan Kesempatan
Banyak pihak menilai bahwa perubahan menuju 2030 bukan hanya ancaman, tetapi juga peluang besar. Mereka yang kesiapan mental, finansial, dan keterampilannya matang justru akan berada di garis depan untuk memetik manfaat dari dunia baru yang sedang dibentuk.
Namun satu hal disepakati:
Siapa yang tidak bersiap mulai sekarang, paling berisiko menjadi korban perubahan besar tersebut.