Ia mencontohkan, melalui lomba Gembacita Nusantara, peserta diajak kembali mengenal cerita rakyat yang sarat nilai moral. Adapun dalam lomba pidato Bahasa Inggris, siswa diminta menyampaikan gagasan tentang masa depan Indonesia sebagai bentuk penanaman rasa tanggung jawab sebagai generasi penerus.
Prima mengungkapkan, tantangan terbesar dalam penyelenggaraan adalah menjangkau seluruh sekolah di wilayah Karawang yang cukup luas.
“Meskipun konsep kegiatan sudah matang, menyampaikan informasi ke seluruh sekolah tidak mudah. Namun berkat kolaborasi tim Kaca Geulis yang terdiri dari pengawas, kepala sekolah, dan guru berbagai jenjang, sosialisasi berjalan dengan baik,” ujarnya.
Baca Juga:Rp 7.1 Miliar Dana Hibah NPCI Bekasi Disunat, Diduga Diselewengkan untuk Kampanye CalegTips Memilih Moisturizer Wajah yang Pas untuk Remaja dan Dewasa, Biar Kulit Selalu Sehat dan Lembap!
Antusiasme peserta juga sangat tinggi. Awalnya kuota setiap cabang lomba mencapai 60 peserta, namun karena faktor cuaca dan teknis pelaksanaan, jumlah tersebut dikurangi menjadi 40.
“Banyak siswa yang ingin berpartisipasi, tetapi kuotanya terbatas. Ini menunjukkan bahwa minat pelajar terhadap literasi cukup tinggi,” jelasnya.
Prima berharap festival ini menjadi penggerak bagi sekolah dan guru untuk semakin aktif mengembangkan program literasi.
“Setelah lomba selesai, kami berharap sekolah lebih bersemangat membangun budaya literasi, baik melalui proses belajar maupun kegiatan pembiasaan. Literasi menumbuhkan keberanian, kreativitas, minat baca, dan kemampuan berpikir kritis,” katanya.
Ia menegaskan bahwa gerakan literasi di Karawang harus terus berkembang.
“Kami ingin literasi di sekolah-sekolah Karawang semakin kuat,” pungkasnya.(Aufa)
