KBEONLINE.ID – Lonjakan kasus obesitas, diabetes, dan penyakit metabolik dalam satu dekade terakhir menjadi alarm keras bagi dunia kesehatan. Para ahli menyebut bahwa penyebab utama badai penyakit ini bukan lagi lemak seperti tuduhan selama puluhan tahun, melainkan gula, terutama gula rafinasi yang banyak ditemukan pada minuman kekinian, makanan instan, hingga snack dalam kemasan.
Sejumlah pakar mengungkapkan bahwa konsumsi gula berlebih diam-diam telah menciptakan “pandemi baru” yang perlahan merusak kesehatan masyarakat. Ironisnya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengonsumsi gula jauh lebih tinggi daripada batas aman yang direkomendasikan.
Gula: Ancaman Baru yang Lebih Berbahaya dari Lemak
Selama bertahun-tahun, masyarakat diajarkan bahwa lemak adalah musuh utama tubuh. Label “low fat” atau “rendah lemak” pada makanan kerap dianggap lebih sehat. Padahal, menurut pakar gizi, justru gula lah yang memicu ledakan obesitas dan diabetes modern.
Baca Juga:Festival Literasi Karawang 2025 Diikuti 222 Siswa SD dan SMP, Dorong Penguatan Budaya Baca di SekolahRp 7.1 Miliar Dana Hibah NPCI Bekasi Disunat, Diduga Diselewengkan untuk Kampanye Caleg
Gula rafinasi memiliki sifat adiktif yang sangat kuat. Dalam penelitian yang dipaparkan oleh sejumlah ahli, kecanduan gula dapat mencapai delapan kali lebih kuat dibandingkan kokain. Produsen makanan sengaja memanfaatkan sifat ini untuk meningkatkan penjualan—semakin manis rasanya, semakin besar kemungkinan konsumen membeli lagi.
Tidak hanya itu, gula disebut sebagai empty calories atau “kalori kosong”. Artinya, gula tidak memberikan nutrisi satupun untuk tubuh. Karena tidak ada serat, protein, atau zat gizi lainnya, tubuh tidak merasa kenyang sehingga sinyal lapar datang lebih cepat. Inilah alasan mengapa makanan manis membuat orang cenderung makan lebih banyak.
Konsumsi Gula Berlebih: Fakta yang Mengejutkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas maksimal konsumsi gula harian adalah 50 gram atau sekitar 4 sendok makan. Namun kenyataannya, pola konsumsi masyarakat jauh melampaui angka tersebut.
Di Amerika Serikat, konsumsi gula masyarakat mencapai rata-rata 26 sendok teh per hari—setara 40 kilogram gula per tahun. Para ahli percaya kondisi serupa kini terjadi di Indonesia, mengingat populernya minuman manis seperti boba drink, kopi susu gula aren, dan minuman kemasan yang sangat mudah ditemukan.
