KBEonline.id- Di sebuah rumah kecil berlantai plesteran seadanya di Kampung Wangkal RT 002 RW 004, Desa Sukajaya, Kecamatan Cibitung, hidup seorang perempuan lanjut usia bernama Inah (64).
Meski hidup serba kekurangan, ia mengaku tak pernah sekalipun mendapatkan bantuan sosial, sementara warga lain di sekitarnya yang secara ekonomi lebih mampu justru rutin menerima bantuan beras, minyak goreng, hingga telur.
“Beras seliter juga kaga. Orang-orang dapat beras sampai dua karung, kita mah liatin tuh ya Allah. Saya sama-sama rakyat sampai kayak gini, nggak pisan dapat, Pak,” keluh Inah, Minggu (30/11) lalu.
Baca Juga:Gara- gara Ulah Pengurus Lama, KORPRI Karawang Jelaskan Alasan Kadeudeuh Purna ASN Belum Sesuai Jelang Akhir Tahun Harga-harga di Karawang Terkendali, Bahkan Tiga Komoditas Alami Penurunan
Inah tinggal bersama putra bungsunya yang bekerja serabutan sebagai penyapu perumahan dengan pendapatan sekitar Rp 450 ribu per minggu. Penghasilan itu pun sering tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Ya cukup nggak cukup, cukupin aja, Pak. Makan aja kan nggak cukup Rp30 ribu,” ujarnya.
Di tengah pembagian bantuan yang diterima banyak warga lain, Inah hanya bisa berharap.
Ia mengaku belum pernah mendapatkan penjelasan dari ketua RT maupun RW, sementara ia melihat sejumlah warga yang dianggap mampu justru tercatat sebagai penerima bansos.
“Lah itu ada yang gawe di PT, Pak. Rumahnya gede-gede, punya mobil tiga biji. Kemarin pada dapat, kita mah cuma melihat,” katanya.
Inah menyebut pernah diminta menyerahkan fotokopi kartu keluarga, namun hingga kini tak ada bantuan apa pun yang diterimanya.
Kondisinya kian memprihatinkan karena ia menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan darah kental, sehingga harus rutin kontrol serta menebus lima jenis obat di puskesmas.
Baca Juga:Bocah Ketiga Korban Tenggelam Kali Cikarang Baru Ditemukan, Tersangkut di Tumpukan SampahPolisi Sudah Selesai Selidiki Kasus Tabrakan Maut Beruntun di Lampu Merah Cikampek
“Jalan aja capek. Saya tiap bulan ambil obat,” tuturnya.
Di rumah sempit itu, ia tidur berdempetan dengan putranya beralas tikar. Kepada pemerintah, ia hanya meminta satu hal: diperlakukan adil.
“Saya mah pengen dapat kayak orang-orang. Jangan dibedain banget,” ujarnya lirih. “Mau sedikit mau banyak, yang penting dapat, Pak.”
Menanggapi persoalan tersebut, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bekasi, Alamsyah, menjelaskan bahwa ketidaktepatan sasaran penerima bansos terjadi karena pendataan masih mengacu pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Nasional (DTSEN) milik Kementerian Sosial.
