KBEONLINE.ID – Fenomena konten quotes di platform seperti TikTok semakin marak dan digandrungi banyak pengguna, terutama generasi muda. Meski tampak sederhana dan bernilai motivatif, sejumlah pakar mengingatkan bahwa konsumsi berlebihan terhadap konten semacam ini dapat membawa dampak negatif, terutama bila diterima tanpa filter dan tanpa pemahaman mendalam.
Konten quotes umumnya hadir dalam format yang sangat mudah dibuat: cuplikan video acak, backsound emosional, dan teks singkat yang dianggap “relate” oleh banyak orang. Kemudahan inilah yang membuatnya cepat viral. Secara sosial, konten jenis ini bekerja melalui teori resonansi, yaitu ketika pesan sederhana terasa selaras dengan pengalaman emosional penonton. Rasa kedekatan inilah yang membuat konten cepat menyebar dan mendapatkan jutaan penayangan.
Namun, di balik popularitasnya, terdapat sejumlah bahaya yang perlu diwaspadai.
Munculnya Misinformasi dan Over-generalisasi
Banyak quotes merangkum masalah kompleks—seperti hubungan, kesehatan mental, atau kehidupan pribadi—menjadi kalimat pendek yang seolah berlaku untuk semua orang. Pengkerdilan konteks ini berisiko menimbulkan misinformasi. Dampaknya, penonton dapat membentuk persepsi yang keliru, seperti tren “Marriage is Scary” yang memicu ketakutan berlebihan terhadap pernikahan hanya dari narasi sempit yang berulang.
Baca Juga:Uilliam Barros: Bomber Mematikan Persib Bandung yang Tajam Menyerang, Kuat Saat BertahanKlasemen Denda BRI Super League 2025/26: PSM di Puncak, Persib Naik ke 6 Besar Lawan Bali Jadi Denda Terbesar
Mengabaikan Konteks dan Rasionalitas
Ungkapan seperti “Ikuti kata hatimu apa pun yang terjadi” terdengar positif, namun berpotensi menjerumuskan bila diikuti tanpa pertimbangan. Keputusan besar dalam hidup tidak selalu bisa digantungkan pada emosi sesaat. Konten yang minim konteks justru dapat mendorong tindakan impulsif.
Ketergantungan pada Validasi Emosional Instan
Kecanduan konten quotes dapat memicu kebiasaan mencari pelarian instan. Alih-alih menyelesaikan masalah, seseorang justru terus mencari teks-teks yang mewakili perasaannya. Siklus ini dapat membuat seseorang terjebak dalam glorifikasi kesedihan—merasa nyaman dengan rasa sedih karena terus divalidasi, bukan berusaha keluar dari situasi tersebut.
Minimnya Kredibilitas Pembuat Konten
Banyak pembuat konten tidak menunjukkan identitas atau latar belakang keilmuan. Padahal, sebagian quotes menyentuh isu sensitif seperti mental health dan hubungan interpersonal. Tanpa kredibilitas yang jelas, risiko penyampaian informasi keliru semakin besar.
