Musim terbaiknya bersama Palermo datang pada Serie B 2017/18, saat ia mencetak 11 gol, menjadi pemain muda paling bersinar.
Palermo adalah fondasi teknisnya: kecepatan berpikir, kejelian membaca ruang, dan mental menghadapi tekanan tinggi.
2. Ternana – Pinjaman (2016–2017)
Di Ternana, La Gumina pertama kali mendapat jam terbang reguler pada level senior. Ia belajar bermain sebagai penyerang yang lebih kompleks, bukan sekadar pencetak gol.
Perannya di Ternana:
Second striker
Pendukung penyerang utama
Penjemput bola di half-space
Baca Juga:Marco Duganđzic Calon Mesin Gol Baru Persib Bandung? Ini Profil, Riwayat Karier, dan Status TerbarunyaPersib Bandung Siap Kawinkan Gelar Liga Indonesia dan Asia, Tiga Pemain Top Ini Disebut Akan Datang ke Bandung
Pengalaman ini membuatnya lebih matang, terutama dalam memegang bola di tengah tekanan. Meski jumlah golnya tidak banyak, kontribusinya dalam build-up menjadi alasan ia dipromosikan kembali ke Palermo.
3. Empoli (2018–2022)
Empoli membeli La Gumina sebagai investasi jangka panjang selepas Palermo gagal promosi. Di klub ini, ia mengalami fase adaptasi cukup berat karena Empoli bermain dengan sistem dan tempo berbeda.
Di Serie A, La Gumina tampil melawan klub-klub besar seperti Juventus, Napoli, Inter, dan Milan. Ia belajar bermain dengan pressing level tinggi dan kecepatan transisi yang jauh lebih cepat dari Serie B.
Peran utamanya di Empoli:
AMF bayangan
Striker pendamping
Pembuka ruang untuk penyerang utama
Meski tidak mencetak banyak gol, ia dikenal sebagai pemain yang rajin bergerak tanpa bola dan memberikan banyak assist potensial.
4. Sampdoria (Pinjaman, kemudian permanen)
Sampdoria mendatangkan La Gumina dengan harapan ia bisa menjadi pelapis ideal bagi striker senior.
Di sini ia berkembang dalam:
Teknik bermain di lini antarlini
Kombinasi cepat satu sentuhan
Menyusun serangan dengan pola posisional
Walau menit bermainnya tidak selalu besar, pengalaman menghadapi tim-tim Serie A tiap pekan membuatnya lebih matang secara visi.
