Harga Cabai di Bekasi Mulai PEDAS, Pasokan Turun hingga 40 Persen

Harga Cabe di Bekasi Melejit.
Harga Cabai di Bekasi Mulai Pedas, Pasokan Turun hingga 40 Persen. --freepik--
0 Komentar

KBEONLINE.ID, BEKASI – Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Perdagangan mencatat adanya gejolak harga pada sejumlah komoditas barang pokok, terutama cabai.

Kepala Bidang Barang Pokok dan Penting pada Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi Helmy Yenti, menjelaskan bahwa pihaknya saat ini menyiapkan Operasi Pasar Dalam Rangka Pengendalian Inflasi Daerah (OPADI) untuk mengurangi beban masyarakat menghadapi fluktuasi harga pangan.

“OPADI itu tujuannya mengurangi beban masyarakat dari harga yang relatif fluktuatif tinggi saat Nataru. Biasanya berupa paket kebutuhan barang pokok,” ujar Helmy Yenti kepada Cikarang Ekspres, Selasa (9/12).

Baca Juga:Kejari Kabupaten Bekasi Peringati Hakordia 2025, Lima Kasus Korupsi Masuk PenuntutanPertamina Patra Niaga Regional JBB Siap Amankan Pasokan BBM Jelang Nataru 2025/2026 di Banten

Ia menegaskan bahwa OPADI berbeda dengan operasi pasar mandiri yang sebelumnya dilakukan dinas. Pada operasi pasar mandiri, komoditas langka dan mahal dibanjiri ke pasar dengan target pedagang. Sementara operasi pasar bersubsidi langsung menyasar masyarakat terdampak.

Berdasarkan pemantauan awal Desember, Helmy menyebutkan bahwa beberapa komoditas mulai menunjukkan kenaikan.

“Sudah mulai ada gejolak, terutama cabai rawit jablai dan cabai keriting. Minggu ini yang terkoreksi naik itu cabai jablai, cabai rawit besar, telur, dan bawang,” katanya.

Sebagian kenaikan dipengaruhi cuaca ekstrem. Pasokan cabai dari wilayah pemasok seperti Garut, Madura, dan Rembang menurun drastis.

“Menurut Garut, produksi mereka berkurang sampai 40 persen karena cuaca tidak menentu. Banyak cabai yang busuk dan rontok di pohon,” ujarnya.

Selain cuaca, fenomena perubahan pola tanam juga berperan. Di Garut, petani kini lebih memilih menanam cabai rawit yang dianggap lebih menguntungkan.

“Petani di Garut 70 persen menanam cabai rawit, hanya 30 persen cabai keriting. Jadi stok cabai keriting otomatis berkurang. Ini informasi dari produsen,” ucapnya.

Baca Juga:Digelar di Pemda, Kapolres Karawang Hadiri Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia 2025Edarkan 2.884 Butir Obat Keras, Tiga Pemuda Asal Pedes Diringkus 

Namun saat cuaca ekstrem, cabai rawit terutama jenis jablai yang rentan air juga mengalami gagal panen.

Harapan akan suplai dari luar Jawa pun kandas. Biasanya, saat Jawa kekurangan produksi, cabai dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh masuk sebagai penyeimbang. Tahun ini ketiganya tidak dapat memasok akibat banjir.

“Sumatera Barat nggak bisa produksi, Sumut juga, Aceh juga nggak bisa. Biasanya mereka membantu kita kalau Nataru,” jelas Helmy.

0 Komentar