BBFC Rilis Studi Baru soal Konten Seksual di Anime, Ini Temuan Lengkapnya
KBEOnline.id – British Board of Film Classification (BBFC) merilis penelitian terbaru mengenai sikap publik terhadap konten seksual dalam anime, mulai dari referensi seksual, ketelanjangan, hingga adegan yang dinilai kasar. Studi ini sekaligus mengevaluasi bagaimana konten seperti itu seharusnya diklasifikasikan dalam sistem peringkat usia.
Penelitian BBFC menggunakan survei terhadap 2.001 responden dari sepuluh kelompok fokus online. Pesertanya terdiri dari penggemar anime, non-penggemar, remaja, dan orang tua. Studi ini memakai metode campuran yang menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif, meski siaran persnya tidak menjelaskan bagaimana proporsi tiap kelompok dibagi atau seberapa representatif sampelnya terhadap populasi Inggris.
Baca Juga:Kaguya-sama: Love is War Special “Stairway to Adulthood” Drop Trailer AnyarTrailer Anyar Medalist S2 Meluncur Bareng OP, Visual Terbaru, dan Pengumuman Cast
BBFC menyebutkan bahwa salah satu poin penting dalam riset ini adalah perbedaan sudut pandang antara mereka yang sudah akrab dengan budaya anime dan mereka yang tidak familiar. Faktor ini berpengaruh besar pada bagaimana konten seksual dipahami dan dinilai.
Temuan Utama BBFC soal Konten Seksual di Anime
Beberapa poin menarik dari hasil penelitian:
- 81% responden menilai adegan seksual di anime punya dampak setara dengan konten live-action sehingga klasifikasinya harus mengikuti standar yang sama.
- 69% merasa ketelanjangan bernuansa seksual perlu mendapat peringkat lebih tinggi dibanding ketelanjangan yang dianggap alami.
- BBFC menegaskan ketelanjangan dianggap masuk ranah seksual jika ada adegan yang berlarut-larut, kamera menonjolkan tubuh karakter, atau sudut pengambilan gambar yang memberikan kesan seksual. Sebanyak 90% responden setuju dengan parameter ini.
Saat sebuah anime berada di antara dua kategori peringkat usia, faktor yang paling memengaruhi keputusan adalah:
- Penyalahgunaan otoritas dalam situasi tidak setara secara kekuasaan (86%).
- Penampilan karakter yang terlihat sangat muda atau berperilaku seperti anak-anak (82%).
- Fan service mendorong anime masuk kategori lebih tinggi menurut 80% responden.
- Unsur komedi atau fantasi dapat mengurangi dampak adegan seksual menurut 47% responden.
- 40% menilai konten seksual yang singkat dan jarang muncul bisa saja masuk klasifikasi lebih rendah.
Ada juga catatan bahwa konten seksual yang dibalut humor atau kritik internal sering dianggap tidak terlalu mengkhawatirkan. Kekhawatiran naik ketika ada elemen eksplisit, ketelanjangan jelas, atau fan service yang terasa dipaksakan.
