Kebodohan Finansial Manusia Baru Punya Duit yang Menghancurkan Masa Depan Finansial

Kebodohan Finansial Orang Baru Punya Duit
Kebodohan Finansial Orang Baru Punya Duit
0 Komentar

KBEONLINE.ID – Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu dan biaya hidup yang terus merangkak naik, muncul satu fenomena sosial yang semakin terlihat jelas: kebiasaan finansial berbahaya yang dilakukan anak muda ketika baru memiliki penghasilan. Masalah ini diulas dengan tajam dalam sebuah video edukasi dari kanal Satu Persen, dan isinya mencerminkan kenyataan pahit generasi 20-an saat ini.

Mereka bekerja keras, mendapatkan uang, lalu membakarnya kembali dalam hitungan minggu. Dari membeli gawai terbaru hingga aktivitas “healing” yang justru merusak, pola ini menjadi lingkaran setan yang membuat banyak anak muda sulit menabung dan semakin jauh dari stabilitas finansial.

Berikut laporan lengkapnya.

1. Demam HP Flagship: Simbol Status Baru yang Menjerat Dompet

Fenomena pertama adalah kebiasaan membeli HP flagship tepat saat dirilis. Rilis satu hari, beli hari itu juga, meski harganya jauh di atas kebutuhan.

Baca Juga:Ayah Kandung Resbob Si Penghina Viking Ternyata Koruptor, Bakal Reuni Keluarga Di Bui?Dewan Pers Lakukan Verifikasi Faktual ke Kantor Redaksi KBE

Anak muda merasa bahwa gawai mahal adalah simbol validasi sosial. Padahal, depresiasi harga sebuah HP bisa mencapai 30 hingga 40 persen hanya dalam satu atau dua tahun. Uang yang dihabiskan adalah uang mati, karena perangkat elektronik adalah liabilitas, bukan aset.

Solusi rasional sebenarnya sederhana: menunggu enam bulan hingga satu tahun, atau membeli perangkat bekas berkondisi baik. Namun dorongan gengsi membuat keputusan finansial sering dikalahkan oleh keinginan tampil.

2. Pakaian Murah, Mindset Murahan: Cost Per Wear yang Menggerus Tabungan

Kebodohan kedua muncul dari kebiasaan belanja pakaian murah tanpa mempertimbangkan kualitas. Anak muda sering merasa hemat ketika membeli barang murah, padahal justru sebaliknya.

Pakaian murah mudah rusak, jarang dipakai, dan pada akhirnya memiliki Cost Per Wear yang sangat tinggi. Sebaliknya, pakaian berkualitas tinggi meski mahal, justru lebih hemat karena bisa dipakai hingga ratusan kali.

Fenomena ini menunjukkan minimnya kesadaran finansial: murah tidak selalu berarti hemat, dan mahal tidak selalu berarti boros.

3. Healing Toksik: Istirahat Palsu yang Justru Menguras Mental dan Finansial

Istilah “healing” menjadi alasan favorit anak muda untuk menghabiskan uang. Namun sebagian hanya melakukan aktivitas yang merusak—minum berlebihan, pesta tanpa kontrol, hingga gacha dan tipping ke influencer.

0 Komentar