KBEONLINE.ID JAKARTA — Tahun 2025 dinilai menjadi momentum paling rasional bagi konsumen untuk membeli ponsel pintar baru. Pasalnya, mulai 2026 harga smartphone diprediksi melonjak signifikan akibat krisis pasokan RAM yang semakin parah, seiring melonjaknya kebutuhan industri kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan data center global.
Fenomena ini bukan sekadar isu musiman, melainkan dampak langsung dari pergeseran besar industri teknologi dunia. RAM—komponen vital dalam smartphone—kini menjadi rebutan utama antara produsen perangkat konsumen dan raksasa data center AI yang berkembang agresif dalam dua tahun terakhir.
RAM Beralih ke Data Center AI
Sejak 2024, ekspansi besar-besaran infrastruktur AI telah mengubah peta prioritas industri semikonduktor. Data center yang menjalankan model AI berskala besar membutuhkan RAM dalam jumlah masif, baik untuk server komputasi, penyimpanan data, maupun pelatihan model AI generatif.
Baca Juga:Publik Banyak Belum Tahu, Atalia Praratya Hapus Foto Kebersamaan bareng Ridwa Kamil di InstagramRidwan Kamil Digugat Cerai Istri Atalia Praratya, PA Bandung Jadwalkan Sidang Perdana Pekan Ini
Produsen memori global seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron pun mengambil langkah strategis dengan memprioritaskan pasokan RAM ke sektor data center. Alasannya sederhana: kontrak AI bernilai jauh lebih besar, jangka panjang, dan memberikan margin keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan pasar smartphone.
Akibatnya, pasokan RAM untuk perangkat konsumen—termasuk ponsel—mulai tertekan. Situasi ini diperkirakan mencapai puncaknya pada 2026, saat kebutuhan AI meningkat lebih cepat dibandingkan kemampuan pabrik memori menambah kapasitas produksi.
Harga Komponen Naik, Produsen HP Tertekan
RAM merupakan salah satu komponen paling mahal dalam struktur biaya smartphone. Ketika harga RAM naik, produsen HP hanya memiliki dua pilihan: menaikkan harga jual atau menurunkan spesifikasi.
Kondisi ini sudah mulai terasa pada 2025, di mana sejumlah merek memangkas konfigurasi RAM dan penyimpanan pada model baru, khususnya di segmen entry-level dan menengah. Jika tren berlanjut, 2026 diprediksi menjadi tahun “penyesuaian harga besar-besaran” di industri smartphone.
Analis industri memproyeksikan kenaikan harga akan paling terasa pada ponsel kelas Rp1–3 juta, segmen yang selama ini menjadi tulang punggung pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Model dengan RAM besar akan semakin mahal, sementara varian murah berisiko hadir dengan spesifikasi yang lebih terbatas.
