KBEonline.id- Di tengah rangkaian banjir, longsor, dan krisis pesisir yang terus berulang di berbagai wilayah Indonesia, kelompok orang muda menyuarakan penolakan tegas terhadap apa yang mereka sebut sebagai false solutions dalam penanganan krisis iklim.
Analis dan aktivis iklim muda menilai berbagai solusi yang kerap dipromosikan, seperti carbon market, debt swap, Carbon Capture and Storage (CCS), hingga Tropical Forest Forever Facility (TFFF), tidak menyentuh akar persoalan krisis iklim.
Solusi-solusi tersebut dinilai justru memberi ruang bagi industri fosil untuk terus beroperasi, sementara banjir rob, longsor, intrusi air laut, dan relokasi paksa warga terus terjadi di berbagai wilayah
Baca Juga:Penularan Penyakit Kusta Masih Mengancam Warga, Dinkes Karawang Gencarkan EdukasiLulus PPG 2025? Catat Baik-Baik, TPG Diprediksi Cair Maret 2026 Asal Syarat Ini Aman
Menariknya, selain pernyataan tegas orang muda dari Climate Rangers Indonesia dan Trend Asia, rilis ini juga mengangkat gerakan akar rumput orang muda di berbagai daerah, dari Mentawai, Sukabumi, Cirebon, hingga Paiton, yang menolak ekspansi ekstraktif, co-firing biomassa, dan izin hutan baru.
Mereka menunjukkan bahwa gerakan iklim Indonesia tumbuh dari komunitas yang saling menopang, berbasis data, dan berakar pada keadilan sosial serta perlindungan ruang hidup.
Air bah yang menembus dinding-dinding rumah, jalan desa yang lenyap tersapu longsor, dan bangunan yang hancur dihantam banjir deras adalah kenyataan baru bagi warga di berbagai pelosok.
Ribuan keluarga hidup dengan kecemasan yang sama, seandainya suatu hari tanah yang selama ini menopang hidup mereka tidak lagi ada.
Di tengah kenyataan yang kian pahit ini, orang muda Indonesia melihat satu pola yang sama, bencana terus memburuk, tetapi solusi yang ditawarkan justru makin menjauh dari akar persoalan.
Karena itu, suara mereka kini semakin keras menolak solusi palsu (false solutions) dalam penanganan krisis iklim.
Fathan Mubina, 25 tahun, Geographic Information System Analyst dari Trend Asia menegaskan, false solutions adalah distraksi teknokratis yang memberi jalan bagi korporasi untuk terus menghasilkan emisi dan merusak hutan, sambil mengabaikan krisis yang sedang kita hadapi,” ujarnya.
Baca Juga:Serasa di Jogjakarta! Lawasan Caraka Jadi Rumah Makan Paling Diburu di KarawangJangan Sampai Salah Jam, Ini Waktu Makan yang Benar Agar Tubuh Tetap Sehat
Istilah false solutions merujuk pada berbagai “solusi cepat” yang tampak meyakinkan. Di atas kertas, semuanya terlihat rapi: ada teknologi baru dan ada janji pengurangan emisi.
