KBEOnline.id – Ya ampun, Hideo Kojima lagi-lagi bikin heboh dunia game. Dalam interview terakhirnya, bapak satu ini dengan santainya bilang kalau Death Stranding 2 itu, ya, masterpiece dia. Enggak tanggung-tanggung, dia bilang itu karya terbaik yang pernah dia buat, padahal namanya udah nempel banget sama Metal Gear Solid—game yang literally ngubah sejarah industri game.
Buat lo yang masih mikir, “Worth it nggak sih main DS2?”—jawabannya makin bikin penasaran. Apalagi setelah si Kojima sendiri ngaku pede banget sama hasilnya. Review Death Stranding 2 udah kayak api disiram bensin, makin panas dibahas di mana-mana.
Waktu ditanya Wired soal game mana yang menurut dia paling jagoan, jawabannya langsung to the point, enggak pakai mikir dua kali: Death Stranding 2. Udah, gitu aja. Enggak ada nostalgia-nostalgiaan sama masa lalu, enggak nyebut-nyebut Metal Gear Solid, apalagi judul legendaris kayak Snake Eater atau Sons of Liberty. Buat Kojima, masterpiece itu bukan soal sejarah atau legacy, tapi lebih ke apa yang sekarang bener-bener ngewakilin dirinya. Jadi, Death Stranding 2 itu ibarat cermin paling jujur dari isi kepala dan perasaannya saat ini.
Baca Juga:Musim Terbaru The Apothecary Diaries Pamer Maomao, Jinshi, dan MikansWishes From Stars Dapat Trailer Animasi, Arknights Makin Hype
Lebih personal lagi, Death Stranding 2 tuh 100% lahir di Kojima Productions—studionya sendiri setelah cabut dari Konami. Bebas total, enggak ada yang ngerem ide-ide anehnya. Mau narasi, tema, atau desain, semua dijabanin tanpa batas. Makanya, enggak aneh kalau game ini jadi yang paling spesial buat dia.
Tapi, pernyataan ini kayak buka pintu spekulasi baru juga sih. Soalnya Kojima lagi ngerjain OD, game horror misterius eksklusif Xbox yang infonya masih simpang siur. Bisa aja kan, nanti pas OD rilis, gelar “karya terbaik” langsung pindah ke sana. Siapa yang tahu? Kojima unpredictable banget, bro.
Pokoknya, satu hal yang konsisten dari Hideo Kojima itu ya ketidakpastian dan kejutan. Dunia game cuma bisa siap-siap dan nunggu move selanjutnya dari orang yang enggak pernah bosen ngacak-ngacak definisi “karya” di industri ini. (*)