Ihsanudin: Soal Upaya Bangkitkan Ekonomi Umat, Pemprov Jangan Terlalu Banyak Seremonial

Ihsanudin: Soal Upaya Bangkitkan Ekonomi Umat, Pemprov Jangan Terlalu Banyak Seremonial
Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jawa Barat.
0 Komentar

BANDUNG- Bulan Ramadan merupakan momentum yang paling strategis bagi umat Islam untuk memperbaiki dan bahan introspeksi diri setelah melihat berbagai kekurangan yang telah dialami pada masa lalu. Juga momentum untuk membangkitkan ekonomi umat.

Anggota DPRD Jabar Ihsanudin M,Si meminta Pemprov Jabar agar
peduli pada upaya membangkitkan ekonomi umat. Jangan sampai kebijakan-kebijakan
ekonomi hanya berbentuk seremonial dan tidak menyentuh pada upaya pemberdayaan
umat.

Dijelaskan Ihsanudin, ekonomi umat seharusnya lebih bergerak
saat momentum Ramadan dan pemerintah serius memfasilitasnya.

Baca Juga:PHK Sepihak, Mantan Pekerja Laporkan BRI KCP DepokDiikuti 109 Peserta, SMK Rosma Gelar Vaksinasi Kedua

“Fakta menunjukkan, para pelaku ekonomi meraih pendapatan
besar atas kehadiran bulan suci Ramadan.  
Tak sedikit di antara umat manusia yang berpuasa ataupun tidak, dari
barisan muslim ataupun umat lainnya, merasakan manfaat besar dari kehadiran
Ramadan yang tersirkulasi atau terdistribusi secara menyeluruh, mulai dari
wilayah perkotaan hingga perdesaan,” paparnya.

Anggota dewan dari Dapil Karawang Purwakarta ini juga
menjelaskan, tak dapat disangkal, roda ekonomi benar-benar tampak hidup selama
bulan suci ini. Tingkat pendapatan yang menaik tajam dan hal ini berbeda bila
diperbandingkan dengan bulan bulan lainnya.  

Lalu apa kaitannya dengan ekonomi syariah?

Menurut Ihsanudin, Ramadan adalah bulan ekonomi syariah.
Bulan di mana manusia bisa jernih berpikir dan bertindak sehingga dakwah-dakwah
tentang manusia yang bersahaja dalam bingkai ekonomi syariah sangat dekat
dengan perilaku manusia-manusia Ramadan.  

Ditambahkan Ihsanudin, Ramadan menjadi bulan di mana manusia
bersemangat menjalankan perintahperintah Tuhan tanpa banyak bertanya alasan di
baliknya.

Pada Ramadan manusia tidak atau mungkin kurang mengedepankan
hitungan-hitungan costbenefit material. Pada bulan ini manusia mengedepankan
hitungan cost-benefit spiritual, sebagai kompensasi dari kerakusan pada bulan
di luar Ramadan atau memang sebuah kesadaran yang tulus.  

“Kita perhatikan, perilaku sedekah, infak dan zakat
meningkat cukup dramatis pada bulan ini. Di sinilah, bulan Ramadan menjadi
momentum lahirnya semangat dan kesadaran umat muslim untuk melakukan aktivitas
ekonomi sesuai ajaran agamanya— menanggalkan riba, menjauhi gharar, maysir,
tadlis, ihtikar dan lain sebagainya. Sebab, implikasi puasa tidak saja

0 Komentar