Evaluasi BDR, Sacila Gelar PTS Daring

Evaluasi BDR, Sacila Gelar PTS Daring
PENILAIAN SEMESTER : Sejumlah siswa yang tak punya handphone, mengerjakan soal PTS di lab komputer SMAN 1 Cilamaya.
0 Komentar

SEPANJANG pandemi covid-19 melanda Kabupaten Karawang, ribuan siswa SMAN 1 Cilamaya (Sacila) terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan metode” Belajar Dari Rumah” (BDR). Setelah dua pekan menggelar BDR, pihak sekolah memutuskan untuk menggelar Penilaian Tengah Semester (PTS) dengan menggunakan metode daring atau online. Kepala SMAN 1 Cilamaya, Udih Samsudin mengatakan, sesuai aturan Permendikbud, sekolah diperbolehkan menggelar PTS dengan cara daring. Tujuannya, untuk mengevaluasi hasil belajar dengan metode BDR yang selama ini diterapkan oleh SMAN 1 Cilamaya.

“PTS ini untuk mengukur hasil pembelajaran anak selama BDR. Juga mengukur sejauh mana ke keberhasilan guru dalam menyampaikan materi dalam sistem daring ini,” ungkap Udih kepada KBE, selasa (22/9/2020). Udih menjelaskan, ada lebih dari 1.100 siswa yang mengikuti PTS daring ini. Sesuai jadwal, pelaksanaanya 8 hari dengan jumlah 16 mata pelajaran yang diujikan. Udih mengatakan, sejumlah siswa yang tak memiliki perangkat yang memadai. Dipersilahkan menggunakan perangkat komputer yang ada di sekolah. Dengan catatan, tetap menggunakan protokol kesehatan yang ketat.

“Hanya ada 23 siswa yang menggunakan perangkat komputer di sekolah. Mereka di bagi menjadi 2 ruangan. Dengan protokol kesehatan yang ketat,” kata Kepsek Sacila yang baru menjabat itu.

Baca Juga:Layanan Baik RSUD Diganjar PenghargaanSkuat Persika Ditentukan Awal Oktober

“Kita tidak mau anak ketinggalan materi karena keterbatasan alat. Sekolah hadir untuk memberikan kemudahan pada siswa, yang tak memiliki perangkat handphone di rumahnya,” imbuhnya.
Sementara, Wakasek Kurikulum SMAN 1 Cilamaya, Siti Asiyah menyebut, PTS dari di wilayah pesisir memang bukan sebuah hal yang mudah. Jika dibandingkan dengan sekolah di wilayah perkotaan, sebut Siti, mungkin secara perangkat, alat, dan jaringan cukup memadai. Namun di pelosok desa, jaringan internet tidak semua titik wilayah memiliki sinyal internet yang bagus.
“Terlebih tak sedikit siswa kami di kampung-kampung yang masih minim pemahaman IT-nya. Tapi kami disini tetap berusaha, agar semua siswa bisa mengakses soal dan mengerjakannya tepat waktu,” imbuhnya.
Ia melanjutkan, mengingat ini merupakan pengalaman pertama melaksanakan pembelajaran daring. Ia memaklumi jika belum seluruh siswa siap dan sigap dengan kondisi ini. Karena itu, pihak sekolah mengimbau agar siswa lebih kreatif lagi dalam mencari referensi pembelajaran daring, sehingga tak ketinggalan pemahaman dengan teman sebayanya di sekolah.

0 Komentar