Warga Desa Kiara Dilatih Produksi Pupuk Kompos

Warga Desa Kiara Dilatih Produksi Pupuk Kompos
WARGA DESA: Pelatihan pembuatan pupuk kompos oleh mahasiswa KKN 47 Unsika bersama warga Desa Kiara, Kecamatan Cilamaya Kulon.
0 Komentar

KARAWANG – Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) beri pelatihan pembuatan pupuk kompos bersama warga Desa Kiara, Kecamatan Cilamaya Kulon. Bersama 31 warga, para mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Kelompok 47 saling berbagi pengetahuan pembuatan pupuk kompos teknik takakura, Senin (26/9/2022).

Pupuk kompos teknik takakura ialah metode pengolahan sampah organik yang dipelopori oleh Koji Takakura, peneliti asal Jepang. Sejak 2004, metode ini mulai dikenal oleh masyarakat luas sebagai teknik takakura yang mengandalkan fermentasi untuk mengurai sampah organik.

Bersama Rommy Andhika Laksono, S.P., M.P. sebagai narasumber, Kelompok KKN 47 yang dibantu pembimbing lapangan Dr. Wahyu Donri, S.H., M.Hum., bersama-sama melakukan sinergitas demi meringankan keperluan masyarakat terhadap pupuk kompos.

Baca Juga:DLH Pasang Jaring Permanen di Empat DASErick Thohir Dorong Perekonomian Daerah

Kegiatan yang berlangsung pada 27 Agustus lalu tersebut disambut antusias warga desa yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Pelatihan tersebut menjadi angin segar bagi petani dalam meringankan biaya di tengah lonjakan harga pupuk yang digunakan warga.

“Pupuk organik itu baik untuk menyehatkan tanah. Jika tanah sehat, ditanam apa saja subur. Tapi hasil dari pupuk organik tidak instan, minimal 1 atau 2 tahun, efeknya baru terasa. Kalau mau yang hasilnya cepat, bisa pakai pupuk kimia. Tapi pupuk kimia membuat tanah sakit,” terang Rommy, Minggu (25/9).

Kepada KBE, Rommy juga menjelaskan bahwa tanah bagus adalah yang memiliki kandungan organik di atas empat persen. Akan tetapi, berdasarkan hasil riset para peneliti, kandungan organik tanah di Karawang di bawah dua persen.

“Jika sel organiknya rendah, tanahnya cenderung bersifat asam, jadi unsur natrium, kalium, dan fosfor tidak bisa diserap tanaman. Makanya, para petani biasanya menggunakan kapur/kaptan untuk menetralkan tanah di Karawang,” ucap Rommy.

Dosen pembimbing lapangan KKN 47, Dr. Wahyu Donri, S.H., M.Hum., menerangkan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi mandiri kepada warga dalam melakukan perlindungan tanah yang sehat.

“Kegiatan ditujukan untuk memberikan edukasi mandiri kepada warga dalam melakukan perlindungan tanah dan lingkungan yang sehat. Di samping itu, warga dapat memulai secara mandiri dari dirinya sendiri dalam mengelola sampah rumah tangga. Aktivitas tersebut juga dapat membantu permasalahan pengelolaan sampah di desa Kiara dengan penerapan teknik takakura,” tutup Wahyu. (cr1/wyd)

0 Komentar