Cerita Kades Tegalwaru-Cilamaya Tentang Lockdown
Sudah satu pekan lebih, lingkungan warga di Dusun Ondang 1, RT 03/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan lockdown. Warga disana terpaksa tidak keluar rumah. Karena ada tujuh pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di sana.
SELAMA isolasi mandiri, warga dilingkungan itu tidak boleh keluar rumah mau pun menerima tamu. Kecuali, menerima bantuan pangan dan obat-obatan. Baik dari Satgas Covid-19 maupun bantuan masyarakat desa. Diketahui, anggaran Covid-19 di tingkat desa sangatlah minim. Sesuai aturan, seorang kepala desa hanya bisa menggunakan 8 persen anggaran Dana Desa. Untuk penanganan Covid-19 di tingkat desa. Terlebih saat ini, Karawang tengah melakukan PPKM Mikro. Dimana sudah tidak tersedia lagi hotel bagi pasien tanpa gejala yang terinfeksi Covid-19. Kepada KBE, Pjs Kepala Desa Tegalwaru, Nurhasan menceritakan, jika dikalkulasi untuk kebutuhan penanganan Covid. Anggaran 8 persen dari dana desa itu masih tergolong minim. Namun baginya, anggaran itu masih cukup. Sebagai Kasie Pemerintahan di Kecamatan Cilamaya Wetan, dirinya mengaku punya pengalaman yang baik untuk mengelola anggaran desa. “Strateginya, jangan kita jor-joran di awal tapi boncos di akhir. Kita tidak tau pandemi ini sampai kapan, dan berapa banyak yang akan terinfeksi. Jadi, penghematan dan efisiensi anggaran itu penting,” ungkapnya kepada KBE, Senin, (7/6/2021) di ruang kerjanya. Nurhasan bilang, kegiatan lockdown ini mungkin sesuatu yang baru bagi masyarakatnya. Namun, pandemi Covid-19 sudah dua tahun berjalan beriringan bersama mereka. Selain telah terbiasa dengan Covid-19. Ketakutan warga akan tertular dengan warga yang isolasi di dekat rumahnya. Menjadi sangar minim, karena pemahaman mereka yang sudah sangat baik.
“Selama satu minggu ini, masyarakat justru gotong-royong membantu warga yang positif. Mereka tidak takut, karena disana selalu banyak petugas yang berjaga,” kata dia.
Baca Juga:Satpol PP Segel Café Milik Anak Walkot PepenInvestor Minat Kelola Sampah Burangkeng
Rasa tenang dan guyub rukun itu, sebut Nurhasan, menjadi solusi lain dari minimnya anggaran Covid-19 di tingkat desa. Bantuan masyarakat yang terus mengalir, membuat pemerintah desa bisa leluasa. Untuk mengalirkan dana Covid pada hal-hal urgent yang harus di beli.