Pengrajin Sujen untung Berlipat Ganda

0 Komentar

Melihat Perubahan Aktifitas Warga Desa Cilamaya di Sekitar PLTGU Jawa-1

Progres konstruksi mega proyek PLTGU Jawa-1, di Desa Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, sudah mencapai 88 persen sampai Juli 2020 kemarin. Istilah “PLTGU Effect” yang sempat booming di awal masa pembangunan pun, sudah mulai dirasakan oleh masyarakat di sekitar proyek pembangunan pembangkit listrik bertenaga gas uap itu.

WAHYUDIKarawang

Jauh sebelum hadirnya PLTGU Jawa-1 di Cilamaya. Mayoritas warga di Dusun Karang Anyar, Desa Cilamaya adalah pengrajin tusuk sate. Atau yang bisa mereka sebut sujen. Bermodal kapak, pisau, dan bilah bambu. Warga di pinggiran proyek PLTGU itu, mengais rezeki dengan cara membuat dan menjual sujen. Penghasilan mereka dari aktifitas itu tidaklah besar. Bahkan, tak sampai menyentuh Rp. 1,5 juta per bulan. Udi Mashudi misalnya, puluhan tahun hidup di Cilamaya. Ia hanya bekerja serabutan dan menjadi pengrajin sujen, untuk menghidupi keluarganya. Pria paruh baya itu tak menampik, hadirnya proyek sekelas PLTGU Jawa-1 di pinggir rumahnya. Membawa berkah tersendiri. Tak hanya untuk keluarganya, tapi juga untuk masyarakat luas di Desa Cilamaya. “Alhamdulillah sangat dirasakan dampaknya. Dulu kita pengrajin sujen itu penghasilannya gak lebih dari Rp. 1,5 juta per bulan. Setelah bekerja di PLTGU, pendapatan keluarga saya meningkat. Menyentuh UMR Karawang sampai Rp. 4 jutaan,” ungkap Udi, kepada KBE, disela-sela waktu rehatnya bekerja di PLTGU. Rabu, (5/8). Sejak setahun lalu, Udi sudah pensiun dari aktifitasnya membuat sujen. Dengan keterampilan yang ia miliki. Udi direkrut sebagai tenaga kerja sipil di salah satu sub kontraktor dalam proyek PLTGU Jawa-1. Tak hanya meningkatkan perekonomian keluarganya. Udi pun mengakui, adanya PLTGU di Cilamaya, membawa dampak secara psikologis untuk warga disana. “Kita senang ada pekerjaan, penghasilan bertambah, usaha dagang masyarakat berjalan. Covid-19 seperti tidak ada dampaknya di Cilamaya,” katanya. Udi bukan satu-satunya warga yang merasakan PLTGU Effect dari rumahnya. Ibu-ibu disana, juga berhasil meraup banyak untung dari usaha dagang nasi dan jasa laundry disana. Seperti diungkapkan Ibu Anisah. Jauh sebelum ada PLTGU di Cilamaya. Ibu-ibu disana sangat tidak produktif. Kecuali, sebagian ibu-ibu yang membantu suaminya membuat sujen. “Dulu mah ibu rumah tangga saja. Paling sesekali bantu suami kerja buat sujen. Sejak ada PLTGU, kita jualan nasi. Alhamdulillah, sudah lebih satu tahun, omsetnya bagus,” tuturnya. Jika dibandingkan dengan membuat sujen, kata Anisah, jelas berdagang nasi lebih baik penghasilannya dan stabil. Bahkan, dengan semakin banyaknya pekerja yang keluar masuk PLTGU. Membuat omset dagang nasinya meroket. “Keuntungan bersih setiap hari itu Rp. 200 ribu kadang Rp. 300 ribu. Kalau rata-rata satu bulan, bisa Rp. 4 sampai 5 jutaan,” ucapnya dengan penuh rasa syukur. Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Cilamaya, Nurhasan menjelaskan, PLTGU Effect yang sudah di prediksi bakal terasa di tahun jelang akhir masa konstruksi, sudah mulai terjadi secara nyata. Kata dia, tak hanya dari segi perekonomian warga Cilamaya saja. Akan tetapi, secara sosial, psikologi, hingga kebudayaan pun, mengalami perubahan yang majemuk. Dari segi pendidikan, kata Nurhasan, tak sedikit orang tua di Cilamaya saat ini, ingin menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Dengan harapan, bisa diterima bekerja di mega proyek impian di samping rumah mereka. “Perlu jadi perhatian, pada saat fase konstruksi ini selesai. Jangan sampai kehidupan mereka yang sudah sejahtera, harus kembali seperti sediakala,” ujar Nurhasan, yang juga tokoh ulama Desa Cilamaya. “Nanti saat beroperasi, anak cucu kita harus bisa kerja, jangan jadi penonton. Setiap rapat minggon, saya sosialisasi. Saya ajak orang tua untuk anaknya sekolah sampai sarjana, biar nanti bisa kerja disana,” ucapnya. Sementara, External Affairs Manager PT Jawa Satu Power, Tig Djulianto mengungkapkan, per bulan Juli 2020 lalu, progres pembangunan PLTGU Jawa-1 sudah mencapai 88 persen. Tig mengakui, dengan progres itu, saat ini sudah mulai pada fase penurunan jumlah tenaga kerja di dalam proyek. Saat ini, kata dia, masih ada sekitar 4.200 pekerja, baik dari kontraktor mau pun PT Jawa Satu Power, yang masih aktif. “JSP berkomitmen untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Melalui program-program pemberdayaan, yang melibatkan masyarakat di sekitar proyek,” ucapnya. Targetnya, kata dia, masa konstruksi PLTGU Jawa-1 di Desa Cilamaya bakal rampung Desember 2021. Memasuki fase akhir konstruksi, Tig mengakui, jika bakal terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Namun, untuk tetap memberikan dampak positif bagi masyarakat. Dalam fase operasional nanti, JSP berkomitmen untuk tetap memberdayakan masyarkat lokal di sekitar proyek. Untuk ditempatkan di berbagai sektor yang sesuai kemampuan mereka. “Rekrutmen tenaga kerja untuk operator di PLTGU sudah kita mulai. Sosialisasinya sudah berjalan, baik online mau pun pengumuman langsung ke desa-desa dan kecamatan di sekitar proyek ini,” katanya. “Untuk tahap operasional nanti, kita akan menyerap kurang lebih 100 tenaga kerja lokal,” imbuhnya. (**)

0 Komentar