Petani di Tengah Pandemi Korona
Samin (58), warga Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan, seperti biasa bersiap pergi ke sawah, Minggu pagi 22 Maret 2020. Dia tidak mengenakan masker atau alat pelindung lainnya.
PAGI itu ia hanya membawa cangkul dan sebilah parang, peralatan untuk mengolah lahannya yang tidak seberapa luas. Isu merebaknya virus corona tak mengubah kebiasaan hidupnya sehari-hari.
“Tak ada yang berbeda. Kami pergi ke sawah pagi hari dan pulang setelah matahari di tergelincir ke barat,” tukasnya.
“Saya dilarang kumpul-kumpul di tempat keramaian oleh anak saya. Dia pun meminta saya memakai masker ketika ke luar rumah,” ceritanya.
Pemberitahuan serupa, lanjut dia, didengarnya dari pengeras suara masjid setempat. Amil masjid meminta warga untuk benjaga pola hidup bersih.
Namun bagi seorang patani seperti Samin, anjuran itu dianggap angin lalu. Pola hidup mereka tidak banyak yang berubah.
Samin mengaku tidak bisa meninggalkan sawahnya karena memang harus diurus setiap hari. Diapun mengaku tidak terlalu risau oleh merebaknya isu corona.
“Biarlah persoalan itu menjadi urusan orang kota. Kami sudah cukup tentram hidup di desa,” katanya singkat.
Dihubungi terpisah Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Asep Aang Rahmatullah mengaku telah menyebarkan tentang bahaya corona hingga tingkat desa. Informasi itu disampailan pihak Pemkab Karawang melalui berbagai lini, seperti perangkat desa, petugas Puskesmas, tokoh agama, hingga Babinsa.
Mereka diminta untuk mencegah masyarakat berkumpul dalam kegiatan yang tidak bermanfaat. Bahkan, hajatan dan peringatan hari besar agamapun diminta ditunda sementara waktu.
“Kami tidak mau ambil resiko, virus corona menyebar ke mana-mana. Bahkan, warga desa pun diminta untuk tidak bepergian ke luar kota,” tukasnya. (*)