Warga Desak Izin Sunatan

0 Komentar

Kembali Membawa Berkah Bagi Masyarakat Mendankarya

KARAWANG – Tradisi unik “Sunatan” masyarakat Sunda khususnya Kabupaten Karawang usai musim panen mulai menggeliat kembali di berbagai wilayah pedesaan. Pasalnya tradisi “Sunatan” tersebut sebelumnya sempat ditunda dan bahkan tidak diizinkan dikarenakan situasi Covid-19 pada masa Pembatasan Soisal Berskala Besar (PSBB), dan akhirnya ketika memasuki masa New Normal berangsur-angsur mulai kembali seperti sedia kala. Seperti halnya yang di desa Medankarya kecamatan Tirtajaya, masyarakat kembali mulai mengadakan tradisi hajatan “Sunatan” namun dibatasi dengan tidak menampilkan hiburan, hanya dihadiri beberapa kerabat dekat serta warga. Nurhali selaku pemangku hajat “Sunatan” mengatakan bahwa hajatan Sunatan cucunya Rafa yang kini berusia 4 tahun sudah direncanakan dari tahun sebelumnya, namun karena situasi dan kondisi PSBB Covid-19 serta dilarang hajat maka niat tersebut terpaksa ditunda. “Mulai bulan-bulan ini sudah banyak pak, masyarakat Desa Medankarya yang mengajukan izin untuk acara hajatan sunatan sudah lebih dari 4,” ucap Nurhali yang juga berprofesi sebagai kepala desa, kepada KBE baru-baru ini. Dikatakannya, tradisi “Sunatan” sendiri jikalau tidak ada larangan merupakan warisan budaya yang unik, pasalnya prosesi sunatan di Jawa Barat mencampurkan dengan tradisi budaya Sunda yang unik. “Di mana anak yang akan dikhitan akan diarak mengelilingi desa dengan menduduki singa besar, ataupun menggunakan kuda renggong. Prosesi ini disebut dengan Sisingaan, dilakukan sebelum anak akan dikhitan,” ucapnya. Sementara itu, warga masyarakat kecamatan Tirtajaya, Asep Saepul menambahkan dalam tradisi sunatan sendiri di kecamatan Tirtajaya biasanya disertai dengan musik tradisional Sunda yang dinamis ditambah dengan pertunjukan kesenian Sunda yang khas. “Kesenian Sunda biasanya seperti seni pencak silat, seni sulap. Anak yang akan dikhitan diarak seperti seorang raja, sementara keluarga akan mengikuti dan menemani. Selesai prosesi sisingaan, anak akan dimandikan menggunakan air dingin untuk persiapan sunat,” ucapnya. “Supaya anak itu kebal atau tahan sakit. Setelah itu anak akan disunat melalui cara tradisional yang dilakukan oleh mantri sunat atau bengkong, maupun dengan bantuan dokter,” pungkasnya. (red)

0 Komentar