Terdampak Pandemi, Ekspor Keramik Plered Turun Drastis

Terdampak Pandemi, Ekspor Keramik Plered Turun Drastis
TURUN: Terdampak pandemic, volume ekspor keramik Plered turun drastis dan sangat berpengaruh pada kehidupan pengrajin.
0 Komentar

PURWAKARTA– Kalangan pengusaha sangat merasakan dampak merebaknya wabah virus corona sejak beberapa bulan terakhir. Terutama pelaku usaha ekspor, mereka kehilangan pasar dan hanya bisa pasrah. Kondisi itu setidaknya dirasakan Eman Sulaeman, salah seorang pelaku usaha ekspor keramik asal Desa Anjun, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta. Eman mengaku sejak ramai pemberitaan ada wabah virus corona akhir 2019 lalu, ekspor sudah mulai goyah. Pameran atau event pada awal tahun terpaksa ditunda akibat wabah virus corona. Padahal, pameran merupakan momen paling ditunggu untuk memasarkan keramik kepada calon pembeli, karena di sana banyak turis yang hadir. “Di awal tahun saya sudah mempersiapkan diri akan mengikuti pameran pada Maret kemarin, tapi ditunda dan saya tidak kirim barang ke luar negeri karena tak ada calon pembeli,” ujar dia, Selasa (21/7/2020). Ia mengaku produksi keramik interior atau barang fungsi dan hias seperti guci yang biasa di ekspor sempat berhenti sementara. Ia pun kemudian terpaksa membidik pasar lokal untuk sementara agar usaha miliknya tetap produksi. “Sebetulnya saya kurang paham betul di pasar lokal, tapi situasi pada waktu itu memaksa mencoba peruntungan di pasar lokal agar para perajin dapat kembali produksi,” kata Eman. Ia mengatakan, sejak pertama kali merintis usaha keramik 1993 baru kali ini merasakan penurunan cukup drastis dalam pasar ekspor. Dalam satu tahun biasanya ekspor keramik tak kurang dari tiga kontainer. Pada tahun ini Eman tak yakin akan sama seperti tahun sebelumnya meski pemerintah telah memberlakukan new normal sebagai upaya untuk memulihkan produktivitas masyarakat. Namun setidaknya, diberlakukan new normal diharapkan pameran bisa kembali digelar sehingga ekspor keramik juga kembali normal. “Kemarin ada yang pesan 80 keramik akan dikirim bulan depan (Agustus), sekarang menunggu pembeli datang cek barang. Satu keramiknya saya jual Rp14.000-Rp250.000, tergantung ukuran,” ujar Eman. Sementara, Kepala UPTD Sentra Keramik Plered, Kabupaten Purwakarta, Mumun Maemunah mengaku ekspor keramik fungsi dan hias secara global terjun bebas setelah ada wabah virus corona. Hingga pertengahan tahun ini baru tujuh kontainer yang di ekspor ke luar negeri. “Dari Maret sampai Juli hanya ada satu kontainer yang ekspor. Kemarin juga pas mau ekspor semuanya dibatalin,” ujar dia ditemui terpisah. Perbedaan jumlah ekspor cukup mencolok jika dibandingkan sebelum ada wabah virus corona. Ekspor tak kurang dari 61 kontainer setiap tahunnya bahkan lebih. “Sebelum ada wabah virus corona di pertengahan tahun itu sudah mencapai 30 kontainer, tahun ini cuman satu, jauh sekali perbedaannya juga,” kata Mumun. Selain itu, ia berharap setelah diberlakukannya new normal jumlah ekspor dapat kembali meningkat. “Dalam menghadapi new normal, pemasaran akan kami tingkatkan, baik lokal maupun ekspor, sehingga kerajinan tangan khas Purwakarta yang satu ini lebih dikenal dalam maupun luar negeri. Bahkan para perajin pasar lokal saat ini tengah kebanjiran order, ” pungkasnya. (san/red)

0 Komentar