Abrasi di Pantai Utara Karawang Memprihatinkan

Abrasi di Pantai Utara Karawang Memprihatinkan
0 Komentar

DLH Jabar 90 Persen Hutan Mangrove Rusak Parah Jadi Penyebabnya

BANDUNG- Bencana abrasi dari tahun ke tahun di pesisir pantai utara Karawang kian memprihatinkan. DLHK Jawa Barat mencatat, salah satu penyebab abrasi di Karawang parah lantaran hutan mangrove yang kondisinya sudah rusak parah. Secara keseluruhan, dari total 43 ribu hektare luasan hutan mangrove di pantura, 90 persen di antaranya sudah rusak parah.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar bersama sejumlah pihak tengah melakukan upaya pencegahan kerusakan dan restorasi hutan mangrove di Pantura Jabar. Kepala DLH Prima Mayaningtyas mengatakan abrasi mengancam daerah Pantura Jabar karena kerusakan hutan mangrove.

“Pantai utara Jabar itu luasnya 43.362,09 hektare. Yang di Utara (Pantura) Jabar itu 90 persen sudah rusak (hutan mangrove),” kata Prima seusai membuka acara Forum Group Discussion Restorasi Mangrove di Pesisir Utara, di Kantor DLH Jabar, Selasa (21/6/2022).

Baca Juga:14 Batang Tanaman Ganja DimusnahkanCellica-Aep Kompak Tangani Masalah Stunting

Lebih lanjut, Prima menyebutkan kerusakan hutan mangrove ini terjadi di beberapa daerah, yakni Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Kerusakan mangrove di Pantura Jabar, dikatakan Prima, merupakan indikator perubahan iklim.

“Abrasi tinggi terjadi di Indramayu. Dan arus air laut punya pola. Di samping eksploitasi pemanfaatan ruang yang ada di pesisir. Abrasi akan bertambah. Nah, mangrove ini fungsinya untuk menahan,” kata Prima.

Prima menjelaskan ada lima sektor yang emisi efek rumah kaca yang mengakibatkan perubahan iklim, yakni dari sisi energi pertanian, kehutanan hingga limbah domestik. Prima mengatakan efek gas rumah kaca mengakibatkan permukaan air laut meningkat.

“Pumping yang kita ambil dari air bawah tanah semakin tinggi. Sehingga green belt mangrove tak lagi bisa menahan akar,” kata dia.

DLH Jabar juga mencatat kasus degradasi habitat mangrove di wilayah Jabar mencapai 61 persen, dan untuk terumbu karang yang rusak sudah mencapai 44 persen. Namun, Prima tak menjelaskan secara rinci total keseluruhan hutan mangrove dan ekosistem terumbu karang di Jabar. Ia menyebutkan kondisi tersebut menunjukan bahwa penanaman mangrove butuh upaya ekstra.

“Kalau mangrovenya kondisi rusak atau tidak ada, maka akan berdampak besar bagi lingkungan seperti terjadinya banjir rob. Karena mangrove tak bisa jadi barrier (penahan). Oleh karena itu kita berupaya agar kondisi mangrove bisa semakin kuat,” kata Prima.

0 Komentar