Memang Berdiri di Atas Bantaran Sungai yang Kotor

Memang Berdiri di Atas Bantaran Sungai yang Kotor
MENKHAWATIRKAN: Anggota DPRD Jawa Barat, Sri Rahayu, saat meninjau lokasi viral Ponpes Al Muftaqir, Kecamatan Pedes.
0 Komentar

Melihat dari Dekat Ponpes Al-Mufaqir Pedes yang Viral di Medos

Bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Muftaqir memang tidak layak. Hampir semua bahan bangunannya terbuat dari bilah bambu yang sudah nampak keropos dan reot. Namun, ditempat itulah puluhan anak yatim di Desa Kertamulya, Kecamatan Pedes, menimba ilmu agama.

WAHYUDIKarawang

Ponpes Al-Muftaqir, yang berada di Dusun Gempol, RT 03/01, Desa Kertamulya, Kecamatan Pedes, viral di dunia maya pekan kemarin. Video berdurasi satu menit lebih yang viral itu, menggambarkan kondisi ponpes asuhan KH. Makmun Syafei itu, nampak sangat memperihatinkan.

Selain jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Gubuk-gubuk yang sudah reot itu rupanya berdiri di atas tanah pengairan. Bahkan, sebagian bangunan berdiri di atas bantaran sungai. Pondok-pondok disana juga dibangun di sekitar pemakaman umum.

Baca Juga:Pekerja Seni Desak Pemkab Buka Izin “Rame-Rame” HajatanUnsika Komit Perangi KKN

Pengasuh Ponpes Al-Muftaqir, KH. Makmum Syafei mengatakan, di pondok pesantren itu terdapat 30 anak yatim dan beberapa keluarga duafa yang tinggal dan belajar agama bersamanya disana.

Kyai Syafei mengaku tidak tau, duduk masalah yang membuat ponpesnya kini jadi sorotan warga kota pangkal perjuangan. Yang jelas, Kyai Syafei sangat bersyukur. Lantaran pasca viral di dunia maya, banyak sekali donatur yang datang untuk membantu mereka.

“Awalnya saya bingung. Ini kok pada datang ngasih bantuan. Ini kenapa, begitu. Gak taunya, karena viral katanya,” ungkap Kyai Syafei, Sabtu, (20/6) lalu.

Syafei menjelaskan, meski pun nampak kumuh, roet, dan tidak layak huni. Namun, pondok pesantren yang ia bina tak pernah sepi dari aktifitas keagamaan. 

Kata dia, selain puluhan santri dan duafa yang belajar agama disana. Sewaktu-waktu, puluhan warga setempat juga datang untuk mengikuti acara tawasulan yang digelar setiap tanggal 11 setiap bulannya.

“Alhamdulillah, meskipun musalanya sudah lapuk. Taoi jamaahnya banyak. Setiap tanggal 11 ada tawasulan,” katanya.

Kyai karismatik itu tak menampik, jika kehidupan santrinya di pondok serba terbatas dan harus perihatin. Kyai Syafei menceritakan, untuk kebutuhan makan para santri. Pengurus ponpes hanya mengandalkan sayur-sayuran dan tumbuhan yang tumbuh subur di sekitar pondok.

0 Komentar