UANG PANGKAL “MENCEKIK” DI TENGAH PANDEMI

UANG PANGKAL “MENCEKIK” DI TENGAH PANDEMI
0 Komentar

Unsika Patok Rp 15-Rp 45 Juta untuk Jalur MandiriKebijakan Rektor Baru Dinilai Memberatkan

KARAWANG – Saat pandemi, mestinya semua kebijakan termasuk di bidang pendidikan jangan tambah memberatkan masyarakat. Itulah kabar yang beredar di kampus negeri di daerah ini, Universitas Singaperbangsa (Unsika) dengan kebijakan rektor baru dan kebijakan barunya. Sayangnya kebijakan itu dinilai banyak kalangan memberatkan calon mahasiswa, khususnya yang masuk lewat jalur mandiri. Tahun ajaran baru ini Unsika memang membuka pendaftaran mahasiswa baru sarjana dan pasca sarjana di jalur mandiri ajaran baru Tahun 2020. Bagi mahasiswa baru, Perguruan tinggi negeri (PTN) baru tersebut mematok biaya pengembangan institusi atau biasa disebut istilah uang pangkal, dari harga Rp15 juta hingga Rp 45 juta. Tergantung jurusan studi yang dipilih. Tentu saja kebijakan yang uang pangkal ini mendapat kritikan dari masyarakat terutama dari alumni Unsika dan para pemerhari pendidikan. Apalagi kebijakan yang memberatkan itu keluar saat negeri ini sedang dilanda pandemi. “Sekarang apa-apa susah. Masa lembaga pendidikan negeri seperti Unsika malah menaikkan iuran pendidikan, memberlakukan uang pangkal untuk yang jalur mandiri. Selain uang pangkal, UKT jalur pendidikan sudah paling mahal di kampus ini,” ujar Maria Ulfah, alumni Unsika asal Pedes kepada KBE. “Adik saya yang tahun kemarin masuk lewat jalur mandiri saja sudah dikenakan UKT sepuluh jutaan. Nah, giliran ponakan saya yang juga mau masuk lewat jalur ini jadi mikir-mikir sekarang. Udah keadaan sedang susah saat ini,” ujarnya. Sementara pihak Unsika mengklaim kebijakan ini sebagai langkah agar PTN ini bergerak lebih maju. “Pengembangan institusi ini merupakan kebijakan baru. Karena ibu rektor ingin bergerak maju. Unsika punya lahan yang harus dikembangkan dan kampus di sini tidak memadai. Intinya bagaimana mengundang masyarakat yang punya uang untuk berpartisipasi,” ungkap Kabiro Umum dan Keuangan Universitas Singaperbangsa, Salhefni kepada pers, Senin (13/7). Salhefni menyebutkan keluarnya biaya iuran pengembangan institusi jalur mandiri dari hasil pertimbangan animo masyarakat. Kendati tengah ekonomi sulit karena Covid-19, kondisi masyarakat Karawang masih dinilainya mampu. “Pertimbangannya animo masyarakat. Perbandingan masyarakat Karawang yang mampu cukup tinggi. Daerah industri dan juga banyak pendatang. Tetapi ini bukan hanya untuk warga Karawang saja, untuk warga Indonesia yang mampu juga,” ujarnya. Kouta jalur mandiri itu disebutkannya maksimal 40 persen dari 1.100 kouta mahasiswa baru yang disediakan. Sebelumnya pihaknya telah menerima sebanyak 800 mahasiswa baru dari jalur SNMPTN dan SBMPTN. Dan yang baru mendaftar ulang sebanyak 60 persen. Sementara itu untuk jalur mandiri bagi warga miskin, lanjut Salhefni masih bisa mendapatkan kouta . “Jika dia pintar dan memang ingin mendaftar. Kami akan memberikan kesempatan . Karena ibu rektor memberika itu. Dan ada kouta untuk warga lokal juga, tetapi belum dijelaskan berapa besarannya,” ucapnya. Salhefni memastikan tidak akan adu biaya lebih besar bagi mahasiswa baru jalur mandiri. Mereka memang diperbolehkan untuk membiayai uang jalur mandiri lebih dari biaya yang ditentukan. “Saya pastikan tidak akan, karena dalam tesnya dilakukan dengan berbasis komputer,” ungkapnya. (red)

0 Komentar