Merangkai Harapan Jengkal demi Jengkal dari Daratan yang Hilang

Bentangan appostrap di Dusun Muara 1 dan Muara 2 Ciparage panjangnya 800 meter.
Bentangan appostrap di Dusun Muara 1 dan Muara 2 Ciparage panjangnya 800 meter.
0 Komentar

“500 meter daratan yang kami tempati lambat laun menjadi lautan. Rumah, lahan, kandang ternak, surau dan kehidupan kami hilang.”

KENANGAN pahit itu diucapkan dengan getir oleh Misju Junardi (48) salah seorang korban abrasi di Pantai Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang.

Menurutnya, ratusan rumah di tiga dusun, Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang hilang selama puluhan tahun disapu air laut pantai utara.

Baca Juga:Rektor Unsika Serukan Mahasiswa Terlibat Aktif Awasi Pilkada Serentak Diduga Mesum dengan Seorang Bidan dan Digerebek Warga, Oknum Camat di Karawang Terancam Diberhentikan

Akibatnya masyarakat harus pindah bermukim beberapa ratus meter dari bibir pantai. Bahkan sepanjang garis pantai itu kini sudah tidak terlihat lagi adanya pemukiman, hanya tersisa puing-puing dan pondasi rumah.

Warga mulai membuat susunan ban bekas sepanjang ratusan meter di bibir pantai. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah abrasi yang menghantui warga Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang.

“Susunan ban bekas tersebut adalah appostrap. Merupakan metode yang diinisiasi Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ untuk mencegah abrasi,” kata Misju.

Metode ban bekas disusun berbentuk kubus dan diikat menggunakan tali tambang. Kemudian menyusun ban bekas di sepanjang garis pantai, sehingga ombak tidak menggerus pasir.

Rumah masa kecilnya yang dulu hilang sejak dari tahun 1983 akibat tergerus abrasi air laut pantai utara. Kini sedikit demi sedikit muncul terlihat daratan walaupun sudah berbeda.

Rumah yang lama hancur karena memang dekat sekali dengan bibir pantai. Ia bersama warga korban abrasi mendapat bantuan sebidang tanah dari pemerintah daerah Kabupaten Karawang era orde baru.

Setelah mendapat bantuan, ia bakal tenang dengan rumah barunya karena lokasi cukup jauh dari bibir pantai. Namun permukaan air laut kembali naik hingga abrasi yang membuat rumahnya kembali hancur pada tahun 2000.

Baca Juga:Menjaga Mimpi Indonesia EmasTunggu Instruksi DPP, LSM GMBI siap Dukung Calon Bupati Utamakan Kepentingan Rakyat 

“Kita bingung mau tinggal dimana, namun akhirnya Pemerintah Kabupaten Karawang melalui Kantor Dinas Sosial kala itu memberikan lahan 5×6 meter untuk keluarga dan bangun rumah. Alhamdulillah sampai sekarang aman,” ungkapnya.

Lebih lanjut Misju, karena terus-terusan daerahnya diterjang abrasi, ia dirinya tak ingin tinggal diam. Ada sejumlah kelompok warga juga ingin mengatasi hal yang sama dan melakukan inisiatif membangun tanggul pemecah ombak menggunakan ban-ban bekas.

0 Komentar