Merangkai Harapan Jengkal demi Jengkal dari Daratan yang Hilang

Bentangan appostrap di Dusun Muara 1 dan Muara 2 Ciparage panjangnya 800 meter.
Bentangan appostrap di Dusun Muara 1 dan Muara 2 Ciparage panjangnya 800 meter.
0 Komentar

Merangkai Harapan dengan Appostrap

Warga yang tergabung dalam Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) mulai bermusyawarah menghasilkan alat pemecah ombak (appostrap) ini sebagai bentuk kesepakatan.

Ketua Kelompok Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Satrio Firdauzi Rojak mengatakan, hasil musyawarah dibentuknya appostrap untuk pencegah abrasi. Setelah melihat di Pantai Tengkolak terus dikenalkan di Ciparagejaya terutama pasir putih.

“Musyawarah alhamdulilah cocok menghasilkan mufakat di 2020 awal kami uji coba memakai ban mobil. Tapi waktu itu rusaklah 50 persen, terus diinisiatif (evaluasi) karena memakai ban mobil itu gak ada nafas buat gelombang,” jelasnya.

Baca Juga:Rektor Unsika Serukan Mahasiswa Terlibat Aktif Awasi Pilkada Serentak Diduga Mesum dengan Seorang Bidan dan Digerebek Warga, Oknum Camat di Karawang Terancam Diberhentikan

Menurut Satrio, kalau pakai ban motor itu ada nafas, ada lubang-lubang. Bentangan appostrap sudah dua dusun, yaitu Dusun Muara 1 dan Muara 2, panjangnya udah 800 meter selama 4 tahun.

“Yang dihasilkan alhamdulilah tanah timbul bertambah terus pemukiman juga jadi aman. Dan juga dari tahun 2023 ini banyak rumah-rumah yang baru dibangun. Ini awalnya luas, lapang (dibibir pantai) terus bertambah-bertambah.

2023 itu bertambah 25 meter tanah timbul dari pantai ke daratan,” ungkapnya.

Langkah selanjutnya ia masih fokus ke appostrap ini, karena memang ada beberapa titik yang belum dibangun. Itu permintaan masyarakat juga, di titik Pulomulya ada yang belum, sekitar 200 meter lagi.

“Jadi yang sudah dikerjakan ini 2 dusun. Yang kena abrasi 3 dusun sama Mangunsari deket jembatan sebelah sana. Sama aja mangrove juga bagus tahan akarnya. Cuman tekstur tanah disini gak mendukung. Mangrove harus lumpur, kalau disini tekstur tanahnya pasir sama pecahan karang, jadi gak jadi dan bibitnya malah mati,” ujarnya.

Sementara itu, Penanggung Jawab Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHE ONWJ, Iman Teguh menambahkan, pihaknya terus melakukan upaya untuk membantu masyarakat untuk mengatasi abrasi. Dengan metode appostrap dari bahan ban bekas untuk pemecah gelombang.

“Di 2021 kemudian mulai melakukan perangkaian metode Appostrap. Saat itu gelombang pasang sudah sampai ke pohon kelapa cukup jauh, jadi posisi gelombang sudah sampai rumah. Jadi ketika kami pasang menggunakan metode appostrap, saat itu masih bentuk segi empat rangkaian disusun-susun dan ternyata cukup efektif,” imbuhnya.

0 Komentar