Peringatan, Kasus DBD Melonjak, Anak Sekolah Jadi Korban Utama

Kasus DBD
Dari 2.215 Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat hingga Maret 2024, mayoritas penderitanya adalah anak-anak yang tengah menempuh pendidikan dasar.
0 Komentar

KBEonline.id – Dari 2.215 Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat hingga Maret 2024, mayoritas penderitanya adalah anak-anak yang tengah menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian, kasus yang menimpa anak sekolah ini cenderung mengharuskan para pasien untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. “Mayoritas anak-anak usia sekolah, dan rata-rata harus dirawat di rumah sakit,” ungkap Anhar beberapa waktu lalu.

Meskipun demikian, ketika diminta untuk memberikan data lebih rinci mengenai jumlah anak sekolah di Kota Bandung yang terkena penyakit DBD, Anhar menyatakan bahwa data tersebut masih dalam proses verifikasi oleh pihak terkait. “Datanya akan disiapkan lebih rinci nanti,” jelasnya.

Baca Juga:Honda Ramadhan Exhibition 2024 Berakhir di Kota CirebonHati-Hati Titik Rawan Banjir Jalur Kereta Api Jelang Mudik Lebaran di Kota Cirebon

Dalam upaya pencegahan di lingkungan sekolah, pihak Dinas Kesehatan terus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk mencegah penyebaran kasus DBD.

Sementara itu, pihaknya juga mendorong puskesmas di setiap wilayah untuk turut serta dalam pemantauan jentik nyamuk, guna menekan angka kasus DBD di lingkungan sekolah. “Kita sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, dan segera akan dikeluarkan instruksi dari Kepala Dinas Pendidikan untuk seluruh sekolah,” tambahnya.

“Dalam hal ini, kami meminta agar puskesmas berkolaborasi dengan sekolah di wilayahnya, memberikan panduan sederhana mengenai pemantauan jentik nyamuk,” ungkapnya lebih lanjut.

Anhar tidak menutupi fakta bahwa kasus DBD pada tahun ini mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurutnya, faktor cuaca menjadi salah satu penyebab utama dari peningkatan kasus ini.

“Peningkatan ini disebabkan oleh faktor cuaca. Tahun 2023 mengalami musim kemarau panjang, sehingga banyak tempat perindukan nyamuk yang terisi air. Begitu masuk musim hujan pada awal 2024, telur-telur nyamuk menetas, dan penyebaran penyakit meningkat. Selain itu, masih banyak tempat perindukan nyamuk yang tidak disadari oleh masyarakat,” jelasnya.

Peringatan ini menjadi panggilan bagi semua pihak, terutama para orangtua dan pihak terkait di sekolah, untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan pencegahan guna melindungi anak-anak dari ancaman penyakit DBD yang mematikan ini.

0 Komentar