Oleh: Sri Anggraeni SIAPA yang tidak tahu kalau tubuh memerlukan berbagai nutrisi untuk tumbuh dan berkembang dengan sehat. Kondisi kekurangan nutrisi tidak hanya akan mengganggu keseimbangan tubuh, namun juga menurunkan daya tahan tubuh, memicu penyakit, hingga kematian. Marasmus merupakan kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada anak-anak di bawah 2 tahun disebabkan salah satunya karena kurangnya asupan ASI (air susu ibu). Penderita akan mengalami gejala yang timbul di antaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Jika asupan makanan tidak mencukupi dalam waktu yang lama, maka lambung akan mengalami penyusutan. Marasmus juga identik dengan hilangnya massa lemak dan otot sehingga seseorang dapat terlihat sangat kurus. UNICEF memperkirakan sedikitnya terdapat 500.000 kasus kematian akibat marasmus pada anak-anak di dunia. Untuk mencegah si kecil dari gizi buruk, bunda perlu menyiapkan diri sejak hamil dan menyusui. Pemenuhan gizi yang optimal saat hamil dan menyusui akan memberikan asupan gizi yang baik untuk si kecil. Proses menyusui bukanlah hal yang mudah tentunya. Oleh karena itu untuk menghindari marasmus maka kita harus menjaga ASI karena terkadang di tengah jalan, beberapa ibu merasa ASI-nya sedikit dan tidak cukup untuk bayi. Kegagalan menyusui dan pemberian ASI ekslusif ini lebih banyak disebabkan minimnya informasi dan pengetahuan ibu. Siapa yang tidak kenal dengan jenis tanaman ini terutama bagi ibu-ibu yang sedang memberikan air susu ibu (ASI) untuk buah hatinya. Ya, daun katuk atau Sauropus androgynus merupakan tumbuhan sayuran yang dikenal karena memiliki khasiat memperlancar ASI. Daun katuk memiliki sejumlah kandungan yang dapat memperlancar dan meningkatkan ASI yang mengandung efedrin, vitamin A, B, C, K dan pro vitamin A (betakaroten), mangan, kalsium, fosfor, zat besi dan serat. Daun berwarna hijau ini memiliki kandungan steroid dan polifenol yang dapat meningkatkan kadar prolaktin atau hormon pelancar ASI. Kadar prolaktin yang tinggi akan meningkatkan, mempercepat dan memperlancar produksi ASI. Daun katuk dikonsumsi dalam bentuk sayur rebusan atau dilalap. Daun katuk juga mengandung alkaloid dan sterol yang bisa merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI lebih banyak serta dapat juga membantu kebutuhan mineral dan meningkatkan daya tahan tubuh ibu menyusui. Jangan salah, agar kandungan nutrisi pada tanaman ini tidak hilang dan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi tubuh, maka cara pengolahannya pun harus benar-benar diperhatikan. Hal ini karena cara pengolahan yang salah justru dapat merusak kandungan gizi di dalamnya. Jika terlalu lama matang dalam memasak dengan bahan daun katuk, dapat menurunkan kualitasnya sebagai pelancar ASI. Untuk memasaknya, hanya dibutuhkan waktu 3 menit saja sejak air mendidih. Dalam 100 gram daun katuk, terkandung komposisi zat gizi seperti energi 58 kalori, protein 6,4 gram, lemak 1 gram, hidrat arang 9,9 gram, serat 1,5 gram, kalsium 233 Mg, fosfor 98 Mg, besi 3,5 Mg, karoten (vitamin A) 10020 Mcg, vitamin C 164 Mg, air 81 gram. Selain itu, khasiat dari daun katuk ini tidak hanya sebatas meningkatkan produksi ASI saja, namun juga ada ragam khasiat lain yang terkandung di daun yang berwarna hijau tua ini. Khasiat tersebut yakni menjaga kesehatan mata, mencegah anemia, osteoporosis, dan juga sembelit. Bayi membutuhkan ASI dan asupan makanan yang cukup untuk meningkatkan status gizinya selama masa pertumbuhan. Jika asupannya kurang, maka pertumbuhan dan perkembangan anak tentu akan terhambat, bahkan terbawa hingga dewasa. Banyak sekali kan manfaatnya. Untuk mencegah gizi buruk pada buah hati, pastikan si kecil meraup manfaat ASI eksklusif secara maksimal ya.