Kepala Desa Rawagempol Wetan, Udin Abdulgani, yang juga seorang petani mengaku mengalami hal yang sama. Udin mengatakan, ada beberapa keluhan yang harus diketahui oleh pemerintah daerah, yang saat ini tengah dialami petani di pesisir Karawang.
Pertama, kata Udin, harga gabah di pasar lokal masih sangat fluktuatif. Bahkan, saat ini cenderung menurun. Kemudian, para petani masih sulit mencari bahan dan alat tani di Karawang. Seperti kebutuhan keresek, karung, hingga obat hama yang mujarab.
“Ke tiga, belum ada bantuan dari pemerintah untuk petani yang terkena dampak ini. Tolong lah para petani ini, setidaknya untuk bantuan bibit dan modal tanam di periode selanjutnya,” ujar Humas Apdesi Karawang tersebut.
Baca Juga:Tinta Tak Dicelup tapi DisemprotSandarkan Hidup Pada Tumpukan Sampah
“Pandemi ini memang tak secara langsung berdampak pada petani. Tapi, secara tidak langsung mereka juga korban pandemi,” katanya.
Petani lain, Nugraha mengungkapkan, selain harga padi yang anjlok dan sulitnya mencari bahan baku. Masalah yang saat ini tengah dihadapi petani Karawang adalah mencari obat penangkal hama sundep yang mujarab.
Pasalnya, serangan hama dalam jumlah banyak, membuat padi jadi gabug atau kosong. Sehingga, produktifitas padi menurun. Penghasilan petani pun juga berkurang.
“Jangan lupa sama pembasi hama. Kalau tikus dan wereng mungkin bisa ditangani. Tapi hama sundep ini ancaman serius,” ungkapnya.
Di Desa Muarabaru, Kecamatan Cilamaya Wetan, lebih dari 150 haktare sawah terdampak banjir rob air laut awal bulan Juni lalu. Dampaknya, 70 hektare lahan sawah disana gagal panen.
Kepala Desa Muarabaru, Ato Sukanto menyebut, kerugian yang dialami para petani di pesisir ditaksir sampai ratusan juta. Namun sampai saat ini, bantuan dari pemerintah daerah tak kunjung datang.
“Sawah yang 70 hektare mati dan gagal panen. Itu sampai saat ini belum juga ada bantuan. Kasihan, tidak semua petani punya asuransi,” ujarnya.
Baca Juga:Ponpes Baitul Burhan Jadi Ponpes Tangguh Kedua di KarawangGugus Pusat Sumbang 1 PCR
Di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, dampak banjir rob kemarin terasa lebih dahsyat. Tak main-main, sekitar 250 hektare sawah disana gagal panen. Lantaran direndam oleh air asin banjir rob beberapa pekan kemarin.
Kades Pasirjaya, Wakzi Saglak menyebut, petani merugi sampai ratusan juta rupiah. Namun, sampai saat ini belum juga ada bantuan yang mengalir ke sana.