Oleh: Salsa Devara
Apakah Ayah dan Bunda sering memperhatikan tumbuh kembang buah hatinya? Apakah terlihat gejala tumbuh kembang anak lambat, berat badan dan tinggi badan tidak bertambah? Awas! bisa jadi gejala stunting! Stunting merupakan salah satu masalah gizi kronik, dimana penderitanya memiliki tinggi badan yang terlalu rendah (pendek). Balita dikatakan stunting apabila status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur balita yang dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, mempunyai z-score yang nilainya kurang dari -2SD, dan apabila nilai z-scorenya kurang dari -3SD dikategorikan sebagai balita sangat pendek. Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang terutama pada periode 1000 hari kehidupan pertama atau seringkali disebut periode emas, sehingga hal tersebut menyebabkan terganggunya tumbuh kembang pada anak. Apabila anak telah mengalami stunting, maka akan sulit diperbaiki, karena periode emas merupakan masa-masa kritis dan sensitif dimana apabila terjadi masalah atau gangguan pertumbuhan yang timbul pada masa tersebut, maka kerusakannya akan bersifat permanen. Dikatakan permanen karena pertumbuhan di masa tersebut tidak dapat diulang. Gangguan-gangguan akibat stunting diantaranya adalah gangguan pertumbuhan fisik, gangguan kesehatan mental dan kecerdasan. Tentu para orang tua menginginkan anaknya terbebas dari gangguan-gangguan tersebut. Oleh karena itu, salah satu cara pencegahan stunting adalah dengan pemberian zat gizi cukup bagi anak. Pemenuhan zat gizi untuk anak dapat melalui ASI eksklusif 6 bulan dan MP-ASI. MP-ASI atau Makanan Pendamping ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan dengan tujuan melengkapi kebutuhan zat gizi anak selain dari ASI dan bukan bertujuan untuk menggantikan ASI. Pemberian MP-ASI harus tepat pada usia anak 6 bulan, tidak boleh kurang maupun lebih. Hal ini dikarenakan, usia pemberian MP-ASI berpengaruh terhadap kejadian stunting. Jika anak diberikan MP-ASI pada usia lebih dari 6 bulan, tumbuh kembangnya kurang optimal karena membutuhkan sumber nutrisi lain dimana kandungan pada ASI sudah tidak mencukupi untuk memenuhi pertumbuhannya. Sedangkan jika MP-ASI diberikan sebelum usia 6 bulan, anak tidak memerlukannya dan hanya membutuhkan ASI saja. Selain itu, pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan dapat menimbulkan masalah lain seperti kekurangan nutrisi kompleks dari ASI dikarenakan sudah kenyang oleh MP-ASI dan hal ini dapat memicu anemia, berikutnya adalah risiko tersedak karena kemampuan mulut bayi di bawah 6 bulan hanya mampu menghisap belum mengunyah, memicu diare dikarenakan sistem pencernaan bayi belum sempurna, dan berpotensi kelebihan berat badan yang memicu obesitas. Oleh karena itu, pemberian MP-ASI harus tepat pada usia 6 bulan, terkecuali memang direkomendasikan oleh dokter. Lalu bagaimana agar pemberian MP-ASI tepat dan mampu mencegah stunting? MP-ASI yang diberikan harus adekuat yaitu memenuhi kebutuhan energi, terdiri dari makronutrien (karbohidrat, protein dan lemak) dan mikronutrien (zat besi, vitamin, seng, natrium dan mineral lainnya) yang tidak terpenuhi oleh ASI. Sehingga, disarankan pemberian MP-ASI tidak hanya menu tunggal. Misalnya, dalam satu porsi piring disarankan untuk setengah bagian diisi dengan sayur dan buah, setengah lainnya diisi dengan protein. Diutamakan, jenis proteinnya berasal dari hewan karena memiliki kandungan asam amino yang lengkap untuk pertumbuhan optimal anak, terutama asam amino esensial yang hanya dapat diperoleh dari luar tubuh. Protein hewani ini dapat diperoleh diantaranya dari daging ayam, ikan, telur dan daging sapi. MP-ASI juga harus aman, disiapkan dengan bersih, dimasak hingga matang sempurna, gunakan air bersih, simpan makanan pada suhu aman dan tidak terlalu lama di ruang terbuka (5-60°C maksimal 2 jam) dan lakukan pemisahan bahan mentah dan matang agar tidak terjadi kontaminasi silang antar bahan. Untuk membangun kebiasaan makan, dapat juga dibangun responsive feeding atau kedisiplinan saat makan, dengan cara dibuatnya jadwal, pengkondisian lingkungan makan yang nyaman tanpa paksaan, tanpa gangguan (mainan, televisi, dsb.), kemudian berikan motivasi anak untuk dapat makan sendiri, dan pahami tanda-tanda penolakan makan pada anak. Perlu diingat, pemilihan menu MP-ASI tidak boleh dilakukan sembarangan, sesuaikan dengan usia dan kondisi tubuh bayi serta diberikan secara bertahap sesuai usianya. Mulai dari makanan bertekstur lunak, bubur saring, lembek seperti bubur biasa, nasi tim hingga kemudian sampai kepada tekstur padat seperti nasi biasa. Bagaimana Ayah dan Bunda, sudah tahu kan pentingnya MP-ASI sebagai pelengkap gizi sejak dini dan langkah awal pencegahan stunting untuk si buah hati? Oleh karena itu, mari siapkan MP-ASI yang tepat dan ingat untuk selalu memperhatikan komposisi gizi seimbangnya ya! Para orang tua juga disarankan untuk banyak membaca resep dan bahan bacaan seputar gizi untuk mendapat referensi seputar pemberian MP-ASI. (*)