Nazar Fajar untuk Sungai Cilamaya

Nazar Fajar untuk Sungai Cilamaya
0 Komentar

Aksi Lari dari Bendungan Barugbug ke Kantor Bupati Karawang

Akhir pekan lalu merupakan hari istimewa bagi Fajar Rahmat Zulkarnaen. Tepat di Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Fajar menunaikan nazarnya untuk Sungai Cilamaya. Yaitu berlari dari Bendungan Barugbug Jatisari, menuju Kantor Bupati Karawang. 

PRIA kelahiran Bandung 1978 itu, memulai aksinya sejak dini hari. Sejak pukul 03.00 WIB. Fajar bersama para pegiat lingkungan hidup lainnya, sudah memulai berlari dari Bendungan Barugbug. 
Fajar menempuh jarak sekitar 39 kilometer. Untuk sampai di Kantor Pemda Karawang, Fajar membutuhkan waktu hampir 6 jam lamanya. Di sepanjang jalan Fajar memeng sering berhenti. Untuk salat, makan, atau sekedar minum menghilangkan rasa lelah dan dahaga. 
Ditemui usai menyentuh garis finish. Fajar mengaku sangat senang dan bangga bisa menunaikan nazarnya di hari lingkungan hidup sedunia.  Ia mengungkapkan, untuk menunaikan nazar ini. Fajar berlatih keras selama dua pekan terakhir. Ia mengaku, setiap hari selalu berlatih dengan berlari sejauh 2 sampai 17 kilometer. 
“Lari ini lebih ingin membuktikan bagaimana masyarakat begitu peduli terhadap Sungai Cilamaya, meski terkadang permasalahannya selalu dilupakan. Seperti pencemaran limbah industri dan sedimentasi,” ungkap Fajar di garis finish, Sabtu (5/5). 
Fajar mengungkapkan, nazar yang ia laksanakan ini bermula dari kecintaannya terhadap Sungai Cilamaya. Beberapa tahun ke belakang, kondisi Sungai Cilamaya sangat memperihatinkan.  Fajar bilang, air Sungai Cilamaya sangat tercemar dan bau. Warna airnya juga hitam pekat bahkan beracun. 
“Sungai Cilamaya selama puluhan tahun tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah. Dulu saya berjanji, jika sungai ini diperhatikan secara serius. Saya akan lari dari Barugbug ke Kantor Pemda Karawang,” ungkapnya. 
Usai menunaikan nazarnya, Fajar berharap, pemerintah lebih serius lagi dalam memperbaiki ekosistem di Sungai Cilamaya. Disisi yang lain, Fajar berharap masyarakat yang berada di wilayah hulu. Tidak membuang sampah dan limbah ke aliran Sungai Cilamaya. 
“Sehingga, ke depan masyarakat bisa beraktivitas dan memanfaatkan kembali Sungai Cilamaya seperti beberapa dekade sebelumnya,” harapnya. (*)

0 Komentar