Mengenal Program Kuwat Pupuk Kujang Cikampek: Bina Ibu Rumah Tangga Jadi Pengusaha

0 Komentar

KARAWANG- PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) terus membuat program pemberdayaan masyarakat. Salah satu program andalan PKC ditengah pandemi Covid-19 yaitu program Kujang Wanita Tangguh (Kuwat).  Sebagai salah satu program CSR, program Kuwat menyasar masyarakat di sekitar perusahaan untuk dibina dan diberdayakan hingga mandiri.  VP Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Pupuk Kujang, Agung Gustiawan mengatakan, seluruh peserta program kuwat merupakan ibu rumah tangga yang akan mereka bina hingga menjadi seorang pengusaha.  “Para peserta program ini adalah ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Tapi punya semangat untuk berwirausaha,” Ujar Agung Gustiawan, Kamis (30/9/2021) lalu.  Dalam menjalankan program itu, Departemen PKBL Pupuk Kujang bersinergi dengan Baitulmaalku menjaring para perempuan di sekitar perusahaan untuk dibekali beragam keterampilan seperti menjahit, mendesain, manajemen keuangan, keterampilan wirausaha, digital marketing hingga inovasi produk. Salah satu penyelenggara Program Kuwat dari Baitulmaalku, Misya Bani mengatakan, target sasaran mereka tak lain adalah wanita yang tidak berpenghasilan dan tidak punya ijazah untuk bekerja. Selain itu, mereka juga fokus untuk membina kaum dhuafa.  “Dalam menjaring peserta, kami upayakan bagi dhuafa, putus sekolah, dan yang tidak berpenghasilan. Para peserta, kami beri pelatihan hingga punya kemampuan expert. Hasilnya kini para peserta bisa berpenghasilan,” kata Misya Bani.  Saat ini, ungkap Misya, sudah ada 10 perempuan yang aktif memproduksi pakaian setiap hari. Dalam sehari, seorang peserta bisa membuat dua setel pakaian.Semua peserta kini punya keterampilan layaknya profesional. Seluruh proses produksi dilakukan secara mandiri dengan penuh keterampilan. Yuli Novitasari (30) sudah setahun menjadi peserta program Kuwat. Perempuan asal Desa Dawuan itu kini punya banyak keterampilan. Saat ini ia bisa mendesain hingga berkreasi menjahit aneka jenis pakaian. Semua itu bisa ia lakukan setelah mengikuti program Kuwat.  Selama setahun itu, ia secara aktif mengikuti berbagai pelatihan. Sedangkan setahun yang lalu, Yuli sehari-hari membuka jasa menjahit di rumahnya. Hasilnya pun tidak tentu. Sebab, bisnisnya hanya diketahui dari mulut ke mulut dengan market terbatas.

“Setelah ikut pelatihan, dari yang sebelumnya hanya bisa permak, membuat baju asal-asalan saya jadi bisa mendesain gambar, membuat pola sampai bisa menjahit dengan sangat rapi,” ujar Yuli.

0 Komentar