Jalan Rusak di Pesisir Makin Hancur

0 Komentar

KARAWANG-Tingginya curah hujan di wilayah Karawang sepekan terakhir, berdampak pada kerusakan yang timbul di sejumlah jalan protokol di pedesaan. Terlebih, di jalan-jalan yang sebelumnya memang sudah rusak, membuat kerusakan yang terjadi semakin parah.  Seperti yang terjadi di Desa Muarabaru, Kecamatan Cilamaya Wetan. Jalan utama di desa ujung utara Karawang ini, kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Selama bertahun-tahun, akses jalan yang rusak parah itu seperti dibiarkan begitu saja oleh Pemda Karawang.  Kepada KBE, Kepala Desa Muarabaru, Ato Sukanto mengatakan, setidaknya ada delapan kilometer jalan utama desa tersebut yang masih berupa tanah dan bebatuan. Jika hujan turun, jalan-jalan tersebut hanya bisa dilintasi oleh kendaraan roda dua. Itu pun masih sering terjadi kecelakaan.  “Kalau musim hujan begini, warga desa selalu protes. Karena memang jalannya hancur dan susah dilewati. Sementara itu jalan Pemda, Pemdes tidak bisa memperbaiki pakai dana desa,” ujar Kepala Desa Muarabaru, Ato Sukanto, saat diwawancara KBE, senin (1/11/2021).  Ato menyebut, Pemdes Muarabaru hampir setiap tahun melayangkan permohonan perbaikan kepada Pemda Karawang. Namun, permohonan itu tidak langsung mendapat respon. Hanya saja, Pemdes Muarabaru selalu mendapat janji-janji terkait perbaikan.  “Tahun ini memang ada perbaikan, tapi hanya sedikit sekali dari kebutuhan. Yang terakhir tidak ada lanjutan, katanya refocusing,” ungkapnya. Ato berharap, di tahun 2022 mendatang. Perbaikan jalan utama Desa Muarabaru bisa terealisasi oleh Pemkab Karawang. Pasalnya, kebutuhan terhadap perbaikan jalan ini sudah sangat mendesak. Selain rawan kecelakaan ketika musim hujan, Pemdes Muarabaru juga sedang fokus meningkatkan produk UMKM warga sekitar untuk di jual ke luar desa.  Di samping itu, sebut Ato, Pemdes Muarabaru tengah berupaya untuk membuat desa wisata di pula baru yang muncul di perairan Desa Muarabaru. Potensi ini tak bisa dimaksimalkan secara baik, jika akses jalan menuju desa susah dilewati.  “Kami di desa sudah berupaya melakukan perbaikan. Namun hanya sebatas tambal sulam dan pengarugan saja. Itu pun anggarannya hasil swadaya, tak jarang pakai kantong pribadi saya,” keluhnya. (wyd/mhs)

0 Komentar