SIDOARJO-Sejumlah ulama Jatim dan Madura menggelar acara dukungan politik Ridwan Kamil for President, Kamis (26/5).
Tampak hadir cucu pendiri NU mendiang KH Wahab Cahasbullah, KH Ghozi Wahid Wahab Hasbullah.
Berlangsung sejak siang hingga petang di kompleks Delta Raya, kalangan kiai NU tersebut secara terbuka menyuarakan sokongan bagi Gubernur Jawa Barat untuk berlaga dalam kontestasi Pilpres 2024.
Baca Juga:Dari Assisi Italia, Pesan Ridwan Kamil untuk Dunia Lebih Baik dan Perdamaian Ukraina-RusiaElektabilitas Ridwan Kamil Jauh Ungguli Ketum-ketum Partai Ini
“Kita mendukung Ridwan Kamil. Secara lahir batin beliau siap (nyapres). Insyaallah ada kendaraannya,” kata koordinator acara, KH Djafar Shodiq.
Djafar mengungkapkan para kiai melihat selama ini Ridwan Kamil sebagai pemimpin tidak bermasalah. Baik di birokrasi pemerintahan, maupun keluarga.
“Beliau tidak pernah tersangkut praktik KKN. Keluarganya juga baik-baik saja,” ujar tokoh ulama Madura itu.
Terlebih lagi, lanjut Djafar, sosok RK dinilai shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Para ulama sangat berharap pemimpin Indonesia ke depan memiliki sikap demikian.
“Dan juga, RK bisa diterima semua golongan. Dia tidak masuk kategori ‘cebong’ atau ‘kampret’. Tidak ada resistensi dari kelompok mana pun,” tegasnya.
Djafar menambahkan pertemuan ini akan berlanjut di bulan-bulan berikutnya. Guna mengintensifkan dukungan riil akar rumput, terutama kalangan NU kultural kepada Ridwan Kamil.
“Insyaallah dari nama capres yang beredar, RK kandidat kuat presiden Indonesia mendatang,” ucap pengurus GP Anshor yang telah mengabdi selama 20 tahun itu.
Baca Juga:PPDB SMA/ SMK 2022, Ridwan Kamil: PPDB di Jawa Barat Semakin Adil dan AndalGubernur Ridwan Kamil Serahkan SK P3K Tahap 1 untuk 5.767 Guru
Ridwan Kamil merupakan pemenang Pilgub Jabar 2018. Sebelumnya, jebolan Arsitektur ITB itu mengemban amanah sebagai Wali Kota Bandung. Sederet terobosan dilakukan Ridwan Kamil selama memimpin.
Di antaranya menggulirkan program pemberdayaan masyarakat pesantren lewat One Pesantren One Product (OPOP), kemudian Satu Desa Satu Hafizh (Sadesha), English For Ulama hingga penerbitan Perda Pesantren, yang pertama kali ada di Indonesia. (*)