KBEONLINE.ID- Proyek Tol Japek 2 Selatan dimulai lagi, debu beterbangan, Hingga Pengendara Berjatuhan di Jalan Utama Desa Burangkeng
Kondisi ruas jalan utama Desa Burangkeng, Kecamatan Setu dihiasi dengan debu dan tanah dampak pembangunan Tol Jakarta-Cikampek (Japek) II Selatan Seksi 2 alhasil menganggu warga sekitar.
Truk-truk besar pengangkut tanah lalu-lalang melintas, jika cuaca terik, ruas jalan tersebut bakal penuh dengan debu dan dihempas kendaraan yang lewat. Sebaliknya, saat hujan, material tanah menjadi lumpur mengakibat kontur jalan menjadi licin.
Baca Juga:Polres Karawang Sulap Kapal Patroli Air Jadi Perpustakaan Terapung untuk Anak- anak Pesisir Pedes dan CilebarUMP Jawa Barat Cuma Rp 2.057.495, UMP DKI Jakarta Rp 5.067.381, Jauh Kan?
Bahkan tak sedikit, pengendara roda dua yang melintas tergelincir imbas kontur jalan licin akibat tanah merah yang basah. Diketahui pengerjaan Tol Jakarta-Cikampek (Japek) II Selatan Seksi 2 dikerjakan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA).
Ketua Komunitas Persatuan Pemuda Burangkeng Peduli Lingkungan (Prabu-PL), Carsa Hamdani mengakui jika proyek pembangunan Tol Japek II banyak memberikan dampak negatif untuk masyarakat.
“Dampak secara umum adanya kegiatan tol ini, para pengguna jalan sangat berdampak.
Karena jalan utama Desa Burangkeng ini banyak sekali dilalui pengguna jalan termasuk anak sekolah. Ketika musim hujan otomatis licin karena ada kegiatan penggalian tanah dan lalu lalang armada truk tanah tersebut, dimusim kemarau ngebul,”kata Carsa yang juga warga setempat.
Terlebih pengerjaan proyek strategis nasional itu terus dikebut hingga larut malam. Carsa mengatakan jika pengerjaan tol tidak menentu waktu hingga dimalam hari warga kerap kebisingan. Diawal-awal ia bersama tim Prabu-PL harus membersihkan jalan agar mengurangi debu.
“Ada kekhawatiran dimusim kemarau, debu sangat dirasakan sekali kalau kita berjalan dijalan utama Desa Burangkeng ini. Sangat menganggu kesehatan, pihak perusahaan lah yang harus bertanggung jawab, paling utama itu harus diperhatikan K3,”tuturnya.
Mereka ingin pihak perusahaan yang mengerjakan proyek tol tersebut lebih memikirkan dampak negatif terhadap masyarakat. Pasalnya sebagai komunitas pecinta lingkungan ia kerap mendapatkan aduan dari masyarakat.
“Proyek disini dilakukan bukan dihutan, masih ada warga yang rumahnya berdekatan dengan tol yang tidak terkena pembebasan tol. Jangan dianggap semua ini sudah habis kena tol, masih ada warga, perhatikan lah warga yang tidak terkena pembebasan,”harapnya.