Dilansir dari CNBC Indonesia, Hosianna Situmorang, ekonom Bank Danamon mengatakan “Rilis kinerja manufaktur China yang terkontraksi selama tiga bulan berturut-turut juga dipengaruhi oleh kelesuan ekonomi global.”
“Sementara itu, kondisi geopolitik khususnya di Timur Tengah juga menjadi salah satu fokus kewaspadaan investor, terkait dengan respon AS pasca pembunuhan pemimpin Hamas dan juga serangan terhadap Hizbullah,” katanya.
Hosianna meyakini bahwa kondisi ini hanya akan berlangsung sementara, meskipun pasar saham mengalami kepanikan. Pasar akan didukung oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diperkirakan akan tumbuh stabil, yang akan dirilis.
Baca Juga:El Rumi Bertemu Marsha Aruan di Bali, Netizen Soroti Interaksi dengan Syifa Hadju yang CanggungHarga Barang Terus Turun Setiap Bulan, Masyarakat Semakin Hemat!
Arwendy Rinaldi Moechtar, Head of Equity Trading Mitra Andalan Sekuritas (Mitra Pemasaran Mandiri Sekuritas), berbicara dengan cara yang lebih tenang, dengan mengatakan bahwa kepanikan itu terjadi karena adanya kekhawatiran akan memburuknya perekonomian, meskipun ia merasa bukti-bukti tidak sepenuhnya mendukung ketakutan itu.
“Terlepas dari fakta bahwa data tersebut tersembunyi, para ekonom Amerika sering mengkhawatirkan resesi karena tingkat kemiskinan yang meningkat dan daya beli masyarakat yang menurun,” tambah Arwendy.
“Prediksi saya, akan terjadi kejatuhan jangka pendek jika The Fed memangkas suku bunga, karena pasar akan bereaksi positif. Namun setelah itu, Anda harus menilai kapasitas pasar AS untuk menyelesaikan kewajiban-kewajibannya yang besar,” lanjutnya.
Ketidakpastian ekonomi global dan kekhawatiran resesi di Amerika Serikat berkontribusi pada volatilitas yang lebih besar di pasar saham regional. Investor biasanya mengambil langkah defensif dengan mengalihkan investasinya ke aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti obligasi dan emas.
Kondisi ini menambah tekanan pada IHSG yang sudah melemah akibat faktor ekstrinsik tersebut. Isu-isu domestik, seperti pengumuman data ekonomi Indonesia yang tidak sesuai dengan perkiraan, turut menambah sentimen bearish pasar.
Meskipun demikian, para ekonom lain percaya bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang solid akan mampu menahan tekanan dalam jangka panjang. Dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif diharapkan dapat membantu memulihkan stabilitas pasar saham Indonesia.