KBEONLINE.ID– Kamis sore (12/09), nilai tukar rupiah kembali tertekan akibat pengumuman data inflasi konsumen (CPI) Amerika Serikat (AS), yang secara signifikan mempengaruhi sentimen pasar. Tren penurunan nilai tukar rupiah menunjukkan bahwa perekonomian dunia sedang mengalami dampak yang signifikan, terutama pada kebijakan moneter yang akan diterapkan oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve).
Mata uang Garuda semakin tertekan ketika indeks dolar AS menguat setelah pengumuman data inflasi yang berada di bawah perkiraan pasar. Hal ini menggambarkan ketidakpastian yang sedang berlangsung di pasar keuangan, terutama terkait kemungkinan perubahan suku bunga AS di masa depan.
Menurut data statistik Refinitiv, mata uang Garuda dibuka di level Rp15.425 per dolar AS, melemah 0,19% dari penutupan hari sebelumnya. Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) naik ke level 101,801, naik 0,12%.
Baca Juga:Film "Laura" Dari Kisah Nyata, Manoj Punjabi Ungkap Tantangan Angkat Kisah Nyata Laura Anna ke Layar Lebar!Paralimpiade 2024 Paris: Apa yang Membuat Tenis Kursi Roda Begitu Menarik?
Pergerakan rupiah pada penutupan hari ini sesuai dengan angka inflasi Amerika Serikat (AS) yang diumumkan pada Rabu malam (11/09). Bank Sentral AS (Federal Reserve atau The Fed) mungkin akan segera menurunkan suku bunga, berdasarkan data inflasi konsumen yang melambat lebih cepat dari yang diantisipasi pasar.
Menyusul kenaikan serupa pada bulan Juli, Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja mengungkapkan bahwa IHK tumbuh 0,2% secara bulanan, sesuai dengan proyeksi. Setelah naik 0,2% dalam dua bulan sebelumnya, harga makanan naik hanya 0,1%, sementara harga-harga di toko kelontong tetap sama.
Penurunan harga minuman non-alkohol, buah-buahan, dan sayuran berhasil mengimbangi kenaikan harga daging, ikan, telur, dan produk susu.
Industri energi mengalami penurunan biaya sebesar 0,8%, dengan harga bensin turun 0,6%, listrik turun 0,7%, dan gas alam turun 1,9%. Secara tahunan, inflasi IHK hingga Agustus 2024 adalah 2,5%, tingkat terendah sejak Februari dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%, menyusul 2,9% pada Juli.
Namun, secara bulanan, inflasi inti meningkat 0,3%, sedikit di atas ekspektasi 0,2%, namun secara tahunan, inflasi tetap stabil di 3,2%, sejalan dengan perkiraan pasar.
Para pelaku pasar menyambut baik penurunan inflasi ini, terutama mengingat laporan pasar tenaga kerja yang menyedihkan dari minggu lalu. Tingkat pengangguran turun dari 4,3% di bulan Juli menjadi 4,2% di bulan Agustus, meskipun pertumbuhan nonfarm payroll tidak sesuai dengan perkiraan.