KBEonline.id – Ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat Desa Parungmulya Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang melakukan aksi ujuk rasa di depan gedung PT Inti Ganda Perdana (IGP) yang berlokasi di Kawasan KIM, Jumat (25/10).
Massa aksi mengecam PT IGP yang lebih memilih pengusaha luar daerah untuk mengelola limbah ekonomis dan B3 di lokasi gedung baru yang direncanakan akan segera dibangun masih di Kawasan KIM.
Padahal, masyarakat melalui Pemerintah Desa Parungmulya sudah merekomendasikan salah satu perusahaan lokal untuk bisa mengelola limbah ekonomis dan B3 di gedung baru PT IGP.
Baca Juga:Punya Rekam Jejak Jelas, Laskar BKMB Bhagasasi Deklarasi Dukung ASIHBedah Mitos dan Fakta KB Hormonal, DPPKB Karawang Ungkap Fakta Sebenarnya
“Kami mendapatkan aspirasi dari masyarakat agar pengelolaan limbah ekonomis dan B3 di plan PT IGP yang baru, itu dikelola oleh pengusaha lokal, sebagai BPD Desa Parungmulya, kami harus menyampaikan aspirasi ini ke pihak PT IGP,” ujar Ketua BPD Desa Parungmulya Susetyarso, pada saat di lokasi unjuk rasa.
Ia mengungkapkan, pihak perusahaan dinilai tidak menghormati dan mendengarkan aspirasi dari masyarakat maupun Pemerintah Desa Parungmulya.
“Kami sudah ke empat kalinya membangun komunikasi dengan managemen PT IGP, tetapi mereka selalu memberikan jawaban yang sama tidak ada keputusan yang signifikan. Padahal kami sudah merekomendasikan salah satu pengusaha lokal di sini, yaitu PT Dika Mekar Sangiyang. Kami merasa tidak dihormati,” tandasnya.
Ia menuturkan, hal ini menunjukkan bahwa pihak PT IGP tidak transparan kepada masyarakat dalam pengembangan perusahaan di lokasi yang baru.
“Seharusnya kan PT IGP mengajak masyarakat berkomunikasi, terutama perusahaan mana yang akan mengelola limbah ekonomis dan B3, karena kan seharusnya pihak PT IGP harus lebih memprioritaskan perusahaan lokal, putra daerah,” bebernya.
Menurutnya, apabila limbah ekonomis dan B3 dikelola oleh perusahaan lokal, maka dapat menyerap tenaga kerja. Sehingga jumlah pengangguran bisa berkurang dan perekonomian masyarakat bisa meningkat.
“Selain itu, kalau dikelola oleh perusahaan lokal kan lebih mudah bertemu, terutama apabila masyarakat membutuhkan bantuan berupa CSR, kalau dikelola perusahaan luar daerah kan susah. Di gedung PT IGP yang lama, itu kan dikelola sama perusahaan luar daerah, kami sangat sulit bertemu. Makanya, di plan yang baru nanti, untuk pengelolaan limbah ekonomis dan B3, kami minta dikelola oleh perusahaan lokal saja,” jelasnya.