KBEONLINE.ID– Tantangan besar yang dihadapi industri perhotelan mencerminkan dampak luas dari perubahan perilaku konsumen dan kemajuan teknologi, yang semakin mempengaruhi pilihan liburan masyarakat. Di satu sisi, pandemi Covid-19 yang membuat pergerakan orang berkurang terus berdampak hingga saat ini, meskipun situasi telah membaik.
Sementara itu, tren digitalisasi yang terus berkembang mengubah cara masyarakat merencanakan liburan dan memilih tempat menginap, dengan berbagai macam alat pemesanan online yang memudahkan untuk mengakses berbagai macam layanan. Di tengah iklim yang tidak menentu, para pelaku bisnis perhotelan dituntut untuk berinovasi dan mencari cara-cara baru untuk menarik pelanggan.
Hariyadi Sukamdani, ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), memproyeksikan penurunan okupansi hotel sebesar 10% selama liburan Natal dan Tahun Baru pada tahun 2024-2025. Penurunan ini disebut sebagai salah satu dampak dari fenomena judi online (judol).
Baca Juga:Bulog Kini di Bawah Presiden! Erick Thohir Ungkap Fokus Baru untuk Operasi Pasar dan Ketahanan PanganKSPI dan Partai Buruh Ultimatum Pemerintah: Batalkan Kenaikan PPN atau 5 Juta Buruh Mogok Nasional!
“Kami mengantisipasi bahwa okupansi hotel akan lebih rendah sekarang dibandingkan dengan tahun lalu di Nataru. Tahun ini, pemesanan melambat. “Secara nasional, kemungkinan okupansi akan lebih rendah sekitar 10% dari tahun lalu,” kata Hariyadi dalam konferensi pers pada hari Selasa, (18/11).
Menurut Hariyadi, pasar hotel Indonesia secara keseluruhan mengalami penurunan, meskipun beberapa hotel tertentu di lokasi-lokasi populer, seperti di kawasan Malioboro, Yogyakarta, masih mampu bertahan.
“Mungkin sekitar 50% dari okupansi secara nasional tahun lalu. Nah, kami mengantisipasi penurunan sebesar 45% tahun ini,” katanya.
“Dan sungguh, kami juga sudah mencobanya. Bagaimana bisa berakhir seperti itu? Menurut salah satu analisis kami, perjudian online memang berdampak besar pada permainan. Hubungannya sangat berpengaruh secara luas. Di kalangan masyarakat menengah ke bawah, judol ini sudah sangat terkenal. Meskipun pemerintah mungkin telah menyatakan upayanya sendiri, kami berharap mereka tulus untuk menyingkirkan judol ini karena masih ada sampai sekarang,” kata Hariyadi.
Dilansir dari CNBC Indonesia, meskipun pemerintah saat ini telah mengumumkan langkah-langkah pemberantasan, katanya, dampaknya belum terlalu terlihat di lapangan. Dampak dari judol masih terlihat di seluruh rantai ekonomi, terutama di sektor menengah ke bawah.