KBEONLINE.ID– Karena serangan genosida Israel yang telah terjadi sejak Oktober 2023, negara-negara anggota Kelompok 20 (G20) telah menyuarakan kekhawatiran mereka tentang situasi di Jalur Gaza, Palestina.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan di Brasil pada 17-18 November, para kepala negara anggota G20 dan G20 Rio de Janeiro mengeluarkan pernyataan bersama yang mengungkapkan deklarasi tersebut.
“Sembari menyampaikan keprihatinan mendalam mengenai situasi kemanusiaan yang mengerikan di Jalur Gaza dan eskalasi di Lebanon, kami menekankan kebutuhan mendesak untuk memperluas aliran bantuan kemanusiaan,” kata pernyataan bersama tersebut.
Baca Juga:Badan Karantina Indonesia Gagalkan Penyelundupan Jutaan Lobster Ilegal: Ratusan Miliar Rupiah Berhasil DiselamDampak Judi Online dan Digitalisasi: PHRI Ramalkan Penurunan Okupansi Hotel Selama Libur Nataru
Mereka juga mendesak agar semua hambatan terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan secara luas dihilangkan dan perlindungan terhadap warga sipil diperkuat. Tentara Zionis membatasi aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza selama invasi Israel ke Palestina.
Organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan menyatakan bahwa 700 truk dibutuhkan setiap hari di Gaza untuk memenuhi kebutuhan penduduk setempat. Para kepala negara G20 juga menekankan dampak merugikan dari konflik dan penderitaan manusia dalam pernyataan bersama mereka.
Lebih jauh lagi, mereka mendukung Palestina sebagai negara yang berdaulat dan merdeka.
Menurut pernyataan tersebut, “[Kami] menegaskan hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri,”
“Kami menegaskan kembali komitmen kami yang tak tergoyahkan terhadap visi solusi dua negara di mana Israel dan negara Palestina hidup berdampingan secara damai di dalam perbatasan yang aman dan diakui, sesuai dengan hukum internasional dan resolusi PBB yang relevan.”
Sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, Forum Ekonomi juga memutuskan untuk mendukung gencatan senjata penuh di Gaza Gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang berbasis di Gaza, telah dituntut oleh masyarakat internasional dalam berbagai kesempatan. Namun, upaya ini tidak mudah untuk diwujudkan.
Kedua belah pihak telah sering gagal menyepakati gencatan senjata. Hamas menginginkan pasukan Israel meninggalkan seluruh wilayah Palestina, sedangkan pemerintahan Benjamin Netanyahu menginginkan kontrol atas wilayah perbatasan Mesir-Gaza, Philadelphia.
Baca Juga:Bulog Kini di Bawah Presiden! Erick Thohir Ungkap Fokus Baru untuk Operasi Pasar dan Ketahanan PanganKSPI dan Partai Buruh Ultimatum Pemerintah: Batalkan Kenaikan PPN atau 5 Juta Buruh Mogok Nasional!
Meskipun ada tekanan yang meningkat dari komunitas internasional untuk mengakhiri kekerasan, kemungkinan gencatan senjata jangka panjang masih terbatas karena tidak adanya kemajuan yang berarti dalam perundingan perdamaian dan prosedur internasional yang efektif.