“Kupu Kupu adalah serangga yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, degradasi habitat, dan perubahan iklim, jadi keragaman populasi Kupu Kupu bisa dijadikan indikator lingkungan kawasan Pegunungan Sanggabuana,” tambah Candra.
Candra menambahkan kedepan mungkin akan dilanjutkan untuk mendata Keanekaragaman Hayati di Sanggabuana ini, terutama keragaman dan persebaran Kupu Kupu. Terutama pemanfaatan sebagai indikator kualitas lingkungan dengan memantau pola distribusi, kelimpahan dan perubahan habitatnya.
Satwa Langka Lain Pegunungan Sanggabuana
Selain mendata Kupu Kupu, Tim Ekspedisi yang juga memasang kamera trap di hutan ini juga berhasil mendata satwa langka lain seperti Julang Emas (Rhyticeros undulatus), Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), beberapa jenis raptor migran, Ular Kobra (Naja sputatrix), dan juga Ular Naga Jawa (Xenodermus javanicus) ketika mendata herpetofauna.
Baca Juga:Sekda: Pemkab Gelar Panggung Hiburan dan Pesta Kembang Api di Lapangan KarangpawitanAnak 7 Tahun Sejak Minggu Tenggelam di Citarum, Sampai Kini Belum Ditemukan
Sementara itu Bernard T. Wahyu Wiryanta, peneliti dan juga Dewan Pembina di Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) menyambut baik temuan banyak spesies satwa, terutama Kupu Kupu oleh Tim Ekspedisi Surili ini.
“Temuan ini akan memperkaya daftar keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana. Karena tidak mungkin kita mendata semua keanekaragaman hayati di seluruh kawasan hutan Pegungungan Sanggabuana sendiri. Dengan bantuan teman-teman dari IPB ini, tentu akan mempercepat pengumpulan data Biodiversity yang ada sebagai pelengkap data, sehingga bisa dirumuskan program perlindungan dan pelestarian ke depan,” terang Bernard. (siska)