KBEONLINE.ID– Menurut Bulletin of the Atomic Scientists, dunia dalam bahaya. Sebagai tanda meningkatnya kemungkinan terjadinya bencana di seluruh dunia yang akan membahayakan eksistensi umat manusia, panel menunjukkan telah memindahkan Jam Kiamat lebih dekat ke tengah malam daripada sebelumnya.
Pada 89 detik sebelum tengah malam, jarum penunjuk jam Kiamat lebih dekat satu detik dari tahun sebelumnya. Pilihan ini merupakan cerminan dari meningkatnya ancaman nuklir yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, ketegangan di Timur Tengah dan Asia, dan penggunaan kecerdasan buatan (AI) oleh militer. Pilihan ini juga sangat dipengaruhi oleh bencana iklim yang memburuk.
Menurut Daniel Holz, ketua dewan sains dan keamanan Bulletin of the Atomic Scientists, ancaman nuklir masih menjadi pertimbangan utama dalam pilihan tahun ini.
Baca Juga:Teknologi Makin Canggih: Pekerjaan Ini Terancam Hilang Lebih Cepat dari yang Anda Bayangkan!Donald Trump Kembali ke Gedung Putih! Resmi Jadi Presiden AS ke-47, Dunia Bersiap Hadapi Era Baru
“Pada kenyataannya, elemen-elemen yang membentuk pilihan tahun ini-risiko nuklir, perubahan iklim, penggunaan teknologi biologis yang berlebihan, dan kemajuan teknologi lainnya seperti kecerdasan buatan-bukanlah hal yang baru. Namun demikian, kami telah mengamati bahwa upaya untuk mengatasinya masih belum cukup, dan dalam banyak kasus, hal ini menjadi lebih buruk,” kata Holz, seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada hari Rabu, (29/01).
Setelah invasi ke Ukraina pada tahun 2022, Rusia terus menjadi sumber kekhawatiran yang signifikan. Senjata nuklir dapat digunakan dalam pertarungan ini, yang merupakan pertarungan paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia II.
“Masih ada risiko nuklir yang signifikan terkait dengan konflik di Ukraina. Pilihan yang tergesa-gesa atau kesalahan perhitungan dapat menyebabkan konflik ini berubah menjadi perang nuklir kapan saja,” lanjut Holz.
Setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan kebijakan baru pada November 2023 yang menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir, kecemasan ini semakin meningkat. Putin sekarang memiliki lebih banyak pembenaran di bawah doktrin baru untuk merespons serangan konvensional Barat dengan persenjataan nuklir terbesar di dunia.
Selain itu, Rusia menolak untuk terlibat dalam negosiasi untuk menggantikan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START), yang akan berakhir pada tahun 2026, dengan perjanjian baru dengan Amerika Serikat. Moskow bersikeras agar lebih banyak negara ditambahkan ke dalam perjanjian tersebut.